Suara.com - Mahal dan langkanya ketersedian minyak goreng merek Minyakita akhir-akhir ini dituding sebagai kegagapan pemerintah dalam mengantisipasi meningkatnya aktivitas belanja masyarakat usai pandemi Covid-19.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan faktor naiknya harga minyakita karena ketidaksiapan pemerintah dalam mengendalikan stok minyak goreng disaat masyarakat mulai meningkatkan aktivitas belanja.
"Sebentar lagi ramadhan, biasanya secara musiman permintaan migor tinggi," kata Bhima saat dihubungi suara.com, Kamis (16/2/2023).
Menurut dia faktor pelonggaran mobilitas membuat masyarakat mengkonsumsi minyak goreng lebih banyak dibanding saat pandemi, disitulah chaos terjadi.
Baca Juga: Pantas Langka, 75 Ton Minyak Goreng MinyaKita Ditimbun di Medan
"Harusnya pemerintah mengantisipasi dengan naikan stok minyak goreng lewat revisi DMO dan terus berusaha perbaiki tata niaga," katanya.
Tak hanya itu, Bhima juga meminta pemerintah belajar dari kasus tahun 2022 dimana kala itu terjadi kelangkaan yang luar biasa terhadap minyak goreng, sehingga terjadi panic buying. Menurutnya perebutan bahan baku CPO untuk ekspor, biodisel (B30) dan kebutuhan domestik membuat minyak goreng mahal sekaligus langka waktu itu.
"Tahun ini jangan dulu naikan target B35, prioritaskan stok minyak goreng untuk pangan.
Jelang ramadhan cek juga spekulan yang menimbun migor serta perketat pengawasan di perbatasan serta pelabuhan," pungkas Bhima.
Baca Juga: Produk Minyakita Langka, DPR Akan Panggil Zulkifli Hasan