Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui untuk mewujudkan cita-cita jadi "raja" baterai kendaraan listrik bukan perkara mudah. Menurut dia butuh kerja sama dan dukungan berbagai pihak.
"Faktor kunci dari resiliensi perekonomian Indonesia di tahun 2022 adalah pengembangan industri hilirisasi mineral yang bernilai tambah tinggi," ujar Luhut di Jakarta yang ditulis, Rabu (15/2/2023).
Mantan Menkopolhukam ini menuturkan, dibandingkan dengan 18 negara dan 1 kawasan lain yang tergabung dalam G20, Indonesia merupakan salah satu negara yang tumbuh kuat dalam kondisi sulit yang terpengaruh perekonomian global.
Meski Indonesia kaya akan nikel, tampaknya hal ini belum mampu menjadikan Indonesia sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena tidak tersedianya lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV.
Baca Juga: Demam Mixue Tak Hanya di Indonesia, Warga Australia Juga Ikut Antre Panjang
Maka dari itu, diperlukan kolaborasi dengan pihak lain untuk mewujudkannya.
Salah satu yang memberikan dukungan yaitu negara Australia yang juga penghasil Lithium. Pemerintah Australia menyatakan dukungannya untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen baterai lithium dunia.
Kedua negara pun berencana untuk bersama-sama mengembangkan industri baterai EV dengan tetap bertanggung jawab terhadap faktor lingkungan.
"Saya juga mengajak beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor sumber daya mineral untuk bertemu dan menjajaki langsung potensi kerja sama dengan para pengusaha lithium di negeri kanguru," pinta Luhut.
Luhut juga memastikan bahwa saat ini, Indonesia mulai fokus melakukan transformasi ke industri bernilai tambah tinggi, seperti bidang transisi energi.
Baca Juga: Sesumbar RI Mau Jadi Raja Baterai Kendaraan Listrik Dunia, Menko Luhut: Tak Mudah
Salah satu wujudnya adalah industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) atau yang juga sering disebut sebagai electric vehicle (EV).