Tak hanya itu, mayoritas responden dari survei KOLABORASI.COM meyakini bahwa dengan dominannya penduduk usia produktif dapat membawa Indonesia untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi, pendidikan serta budaya dan olahraga dengan negara lain di dunia. Di mana, mereka yang menjawab sangat setuju mencapai 18,5%; jawaban setuju sebanyak 61,8%; netral sekitar 13,0%; kurang setuju berkisar 5,5%; dan yang menjawab sangat tidak setuju pada angka 1,3%.
"Dari sini kita juga melihat adanya optimisme dari anak muda terkait potensi dari fenomena Bonus Demografi. Meski kita juga tidak dapat menutup mata bahwa fenomena ini juga memiliki tantangan dari sisi gizi buruk (stunting), kesadaran akan kesehatan, disorientasi budaya, lingkungan, ketahanan pangan, keamanan dan polarisasi yang terjadi akibat dinamika politik di masyarakat," cetus Sahli.
Sebagai informasi, Survei KOLABORASI.COM kali ini menggunakan teknik probability sampling berjenis cluster sampling, yakni responden yang dipilih berasal dari penduduk usia produktif pada 20-39 tahun di 7 kota besar, mulai dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, dan Jogjakarta.
Dari total jumlah populasi usia produktif di 7 kota tadi, didapati sekitar 400 orang sampel jika mengacu pada rumus Slovin, dengan tingkat Confidence Level di angka 95% dan Margin of Error sekitar 5%. Adapun skala pengukuran survei ini menggunakan Skala Likert yang juga telah dilakukan pengujian data dari sisi validitas dan reliabilitas.
Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045
Pada kesempatan yang sama, Co-Founder KOLABORASI.COM, Dewi Kartasasmita berpandangan, sudah saatnya seluruh pihak mulai dari pemerintah pusat, pemangku kebijakan, akademisi, hingga kelompok-kelompok anak muda bisa saling berkolaborasi demi memaksimalkan fenomena Bonus Demografi di Indonesia.
Meski memiliki tantangan yang cukup banyak, Dewi bilang, sudah seyognya keberlangsungan fenomena Bonus Demografi yang jarang terjadi di suatu negara di dunia ini mampu mengambil atensi khusus dan serius dari setiap unsur.
Hal ini dimaksudkan agar Indonesia mampu menyiapkan kebijakan yang strategis melalui cetak biru atau blueprint perencanaan yang komprehensif dan holistik, dalam rangka mengembangkan potensi, kemampuan, hingga karakter penduduk usia produktif, guna menjadikan Indonesia sebagai negara yang madani dan sejahtera, seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu.
"Terlebih ketika saat ini revolusi industri di beberapa negara telah mulai bergeser dari industry 4.0 menuju industry 5.0. Dengan kebijakan pemerataan akses informasi (pendidikan), teknologi dan kesempatan berkarya, saya pikir kita bisa mengelaborasikan setiap potensi yang dimiliki elemen bangsa menuju Indonesia Emas di 2045," tutup Dewi.
Baca Juga: Sering Dituding Numpang Hidup ke Lesti Kejora, Rizky Billar akan Bangun Bisnis Besar di Tempat ini