Suara.com - Maybank Sekuritas mulai masuk ke pasar waran terstruktur. Pada momen itu, Maybank Sekuritas meluncurkan delapan seri waran terstruktur sebagai pilihan investasi baru bagi pelaku pasar modal di Indonesia.
Delapan waran terstruktur tersebut menggunakan underlying saham konstituen IDX30, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Presiden Direktur Maybank Sekuritas, Wilianto Ie mengatakan, bahwa tahun 2023 merupakan momentum yang tepat untuk meluncurkan waran terstruktur, terutama mengingat kondisi pasar dan prospek perekonomian Indonesia yang baik saat ini.
Dia menambahkan, bahwa selain tingginya volume perdagangan yang dikarenakan kinerja baik dari Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2022, peningkatan pendapatan juga mendorong semakin banyaknya investor di pasar modal Indonesia. Bahkan, sebagian dari mereka mulai mencari instrumen yang lebih kompleks untuk kebutuhan investasi mereka.
Baca Juga: Maybank Sekuritas Luncurkan 8 Seri Waran Terstruktur
"Kami berharap bahwa hadirnya waran terstruktur dari Maybank Sekuritas dapat memperdalam pasar dengan memungkinkan para pelaku pasar modal untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan terbaik dalam negeri dengan modal yang lebih rendah," ujar Wilianto di Jakarta, Senin (13/2/2023).
Hal senada disampaikan oleh Regional Head Equity & Commodity Derivatives, Maybank Investment Banking Group, Azzahir Azhar.
Menurutnya, waran terstruktur telah menjadi instrumen perdagangan yang menarik di Asia Tenggara, khususnya di kalangan investor ritel. Di Malaysia, Maybank bahkan telah menerbitkan waran terstruktur sejak 2011.
Azzahir menjelaskan ada tiga manfaat waran terstruktur untuk pelaku pasar modal. Pertama adalah leverage, yang juga dikenal sebagai efek pengungkit. Waran terstruktur memungkinkan investor untuk mendapatkan eksposur dari aset yang mendasari (underlying asset) hanya dari sebagian kecil harganya.
Secara teoritis, jika harga saham underlying-nya naik, maka harga waran terstruktur juga ikut naik. Adanya efek pengungkit membuat potensi persentase keuntungan waran terstruktur menjadi yang lebih besar daripada persentase keuntungan saham underlying-nya, dan begitu pula sebaliknya.
Kedua, modal investasi yang lebih rendah. Untuk eksposur serupa pada saham underlying, harga waran terstruktur lebih murah daripada membeli langsung saham underlying-nya. Contoh, harga saham BBRI adalah Rp4690 per Jumat (10/2), sedangkan harga waran terstrukturnya hanya sebesar Rp444 .
Baca Juga: Hingga Januari 2023, Realisasi Investasi AMIN di Proyek Smelter Capai 51%
Dan yang ketiga adalah strategi penggantian saham. Strategi ini dapat digunakan secara efektif untuk mendapatkan manfaat dari waran terstruktur. Misalnya, jika investor ingin menjual saham BBRI dan ingin membeli saham di sektor lainnya, maka investor bisa menjual saham tersebut dan membeli waran terstruktur BBRI dengan harga yang lebih murah. Dengan begitu, jika harga saham BBRI ternyata naik, secara teoritis waran terstrukturnya akan naik mengikuti underlying-nya.
Namun di sisi lain, beliau mengingatkan bahwa waran terstruktur juga memiliki risiko yang tinggi karena memiliki masa berlaku yang terbatas dan dapat berakhir tanpa nilai apapun. Oleh karena itu, Azzahir menghimbau calon investor untuk mempelajari semua informasi terkait produk waran terstruktur termasuk manfaat dan risiko investasi.
"Kami berkomitmen untuk memberikan edukasi, meningkatkan kesadaran dan literasi investor melalui berbagai media termasuk situs web, media sosial dan seminar. Kami yakin program edukasi investor akan memberi keuntungan jangka panjang bagi industri keuangan dan pasar modal," pungkas Azzahir.