Suara.com - Terus menurunnya harga batu bara global membuat harta orang terkaya Indonesia Low Tuck Kwong ikutan ambles. Hal tersebut terjadi seiring dengan makin murahnya harga saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) milik taipan tersebut.
Sebelumnya harta Low Tuck Kwong melesat tinggi hingga menduduki peringkat pertama orang terkaya RI imbas booming comodity batu bara sepanjang tahun lalu.
Kini harga saham batu bara mengalami penurunan ekstrim dan membuat saham-saham batu bara ikutan turun, termasuk saham BYAN.
Secara year to date (ytd), harga saham BYAN terpangkas 10,2% ke level Rp 18.850. Adapun dalam satu bulan terakhir, BYAN terkikis 5,4%. Pada perdagangan Senin (13/2/2023), BYAN berhasil menguat tipis 0,13%.
Baca Juga: Sambut Awal Pekan, IHSG Rebound ke 6.895 Menguat 0,22 Persen
Sementara itu, berdasarkan real-time billionaires list di Forbes, Senin (13/2/2023) kekayaan Low Tuck Kwong mengalami penurunan menjadi US$ 26,4 miliar (Rp 401 triliun). Sebelumnya, kekayaan pemilik Bayan Resources itu sempat mencapai US$ 28,8 miliar.
Diketahui, komoditas batu bara tengah dihampiri awan gelap, setelah mencatatkan kenaikan fantastis sepanjang tahun lalu kini komoditas tambang dengan julukan emas hitam ini mulai mengalami penurunan harga.
Pada perdagangan pekan lalu misalnya, batu bara bahkan langsung mencetak tiga rekor buruk sekaligus. Pada perdagangan Kamis (9/21/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 191,5 per ton. Harganya anjlok 16,38% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan tersebut menyeret harga batu bara ke bawah level US$ 200 untuk pertama kalinya sejak 3 Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina terjadi.
Harga penutupan pekan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 13 Januari 2022 atau hampir 13 bulan terakhir.
Baca Juga: Sucor Sekuritas Pegang Underwriter Obligasi Senilai Rp9 Triliun Sepanjang 2022
Rekor terburuk ketiga adalah prosentase penurunan dalam sehari. Penurunan sebesar dalam sehari kemarin adalah yang terdalam sejak 3 Maret 2022 atau setahun terakhir.
Penurunan terdalam juga menjadi yang terbesar kedua setidaknya dalam 20 tahun terakhir.