Suara.com - Komoditas batu bara tengah dihampiri awan gelap, setelah mencatatkan kenaikan fantastis sepanjang tahun lalu kini komoditas tambang dengan julukan emas hitam ini mulai mengalami penurunan harga.
Pada perdagangan kemarin misalnya, batu bara bahkan langsung mencetak tiga rekor buruk sekaligus.
Pada perdagangan Kamis (9/21/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 191,5 per ton. Harganya anjlok 16,38% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan tersebut menyeret harga batu bara ke bawah level US$ 200 untuk pertama kalinya sejak 3 Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina terjadi.
Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 13 Januari 2022 atau hampir 13 bulan terakhir.
Baca Juga: Harga Batu Bara Anjlok Hampir 9 Persen, JP Morgan Kaget
Rekor terburuk ketiga adalah prosentase penurunan dalam sehari. Penurunan sebesar dalam sehari kemarin adalah yang terdalam sejak 3 Maret 2022 atau setahun terakhir.
Penurunan terdalam juga menjadi yang terbesar kedua setidaknya dalam 20 tahun terakhir.
Kondisi ini membuat sejumlah pengusaha Tanah Air yang berkecimpung dalam bisnis tambang ketar-ketir. Sentimen buruk ini telah membuat sejumlah saham batu bara yang tercatat di pasar modal ikut ambles.
Hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini Jumat (10/2/2023) sejumlah saham batu bara kompak turun seperti PT Indotambang Raya Megah Tbk (ITMG) turun 3,75%, begitu juga dengan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,87%, PT Indika Energy Tbk (INDY) melemah 3,06%, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ambels 3,17%.
Selanjutnya, harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) anjlok 2,99% dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ambles 2,16%. Sedangkan emiten milik orang terkaya RI, Low Tuck Kwong juga bernasib sama, perusahaan milikinya PT Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 1,56%.
Baca Juga: Harga Emas Hitam Masih Kinclong, Ekspor Batu Bara Digeber 500 Juta Ton Tahun Ini