Selain itu, Surokim berharap tidak hanya para elit, tetapi juga bagi masyarakat agar tahun politik ini menjadi pesta rakyat yang menggembirakan tidak malah mencekam yang akhirnya mengganggu stabilitas nasional dan merusak iklim investasi di Indonesia.
“Dan tentu yang terakhir kita berharap tidak hanya elite tetapi juga masyarakat bisa mendorong agar menjadikan pemilu ini sebagai pemilu yang gembira, pemilu yang membahagiakan, tidak perlu harus diikuti dengan emosi yang berlebih karena faktanya kita sudah berkali-kali pemilu dan saya percaya bahwa pilihan masyarakat Indonesia itu akan menemukan pemimpin yang menurut saya memang sudah sehendak zamannya kita semua,” pungkas Surokim.
Sebelumnya, Bahlil mengatakan tahun pemilu bisa mengganggu stabilitas negara yang dampaknya bisa mengganggu masuknya investasi langsung ke dalam negeri. Apalagi jika terjadi pertikaian kelompok-kelompok yang seharusnya bisa diminimalisir.
“Kampret-cebong itu kalau boleh bukan menjadi komoditas investasi yang baik, itu isu investasi yang akan memperburuk kondisi bangsa kita,” ucap Bahlil.
Sebagai informasi, pada tahun politik 2019 muncul istilah kampret dan cebong yang masing-masing dianggap sebagai bagian dari pendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Perdebatan antara kecebong dan kampret memperkeruh suasana dan terus berlanjut meskipun pemilu sudah selesai.
Memasuki tahun politik sekarang ini, Bahlil pun khawatir perdebatan tersebut bisa mempengaruhi kondisi stabilitas negara.
“Kalau bangsa ini masih berkelahi tentang kampret, cebong, kardun atau sampai ayam tumbuh gigi pun target investasi tidak bisa dicapai,” terang Bahlil.
Akibatnya investor berpikir panjang untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
“Mana ada investor yang mau masuk kalau stabilitas politik ngaco,” ucap Bahlil yang juga mantan Ketua Umum HIPMI.
Baca Juga: Baru Coba Investasi? Ini Alasan Reksa Dana Pasar Uang Ideal Dijadikan Pilihan Investor Pemula
Maka dari itu, Bahlil meminta semua masyarakat bisa bersikap dewasa dalam menyambut hajatan politik 5 tahunan ini. Apalagi pesta demokrasi berlangsung saat kondisi Indonesia baru pulih dari dampak pandemi Covid-19.