Suara.com - Indonesia memiliki pekerjaan rumah serius untuk mampu menjawab agenda besar Program Indonesia Maju dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo, yaitu hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam. Tantangan ini tak lepas dari kebutuhan investasi yang cukup besar dalam sekor mineral dan batu bara, yang masuk dalam 8 sektor prioritas kebutuhan investasi di Indonesia.
Menteri Investasi RI, Bahlil Lahadia, dalam presentasinya dalam Mandiri Investment Forum 2023 , Rabu(1/2/2023) mengatakan, “Mineral dan batubara menjadi 2 sektor utama dalam mewujudkan transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah (Hilirisasi). Kebutuhan investasi hingga 2040 nilainya mencapai 431,8 miliar Dolar AS berasal dari 2 sektor ini.”
MIND ID sebagai holding industri pertambangan di Indonesia mengambil peran penting pada bagian hulu dalam rantai bisnis pengelolaan komoditi, baik dari sisi penambangan hingga pengolahan atau pemurnian suatu komoditas.
PT Freeport Indonesia (PTFI), yang merupakan anggota dari MIND ID menjawab tantangan hilirisasi komoditas tembaga dengan membangun smelter Manyar, yang terdapat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Proyek yang kini telah mencapai progres 51,7 % ini telah sesuai dengan kurva-S, yang telah disetujui pemerintah dan akan rampung tepat waktu, Desember 2023.
Baca Juga: MIND ID Melalui IBC Sepakati MoU dengan Citaglobal Kembangkan Teknologi Baterai
Hal ini disampaikan dengan optimistis oleh Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, yang didampingi oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, setelah menyaksikan secara langsung kemajuan konstruksi smelter Manyar, Kamis (2/2/2023).
Dalam paparannya, Airlangga menilai, PTFI mampu memastikan keberlangsungan proyek hingga selesai.
“Saya sangat mengapresiasi kerja keras PTFI dalam mengejar target konstruksi smelter Manyar, yang kini telah mencapai 51,7 persen, sesuai kurva-S yang disetujui pemerintah. Progres ini merupakan capaian luar biasa yang dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain, terlebih mengingat proyek smelter Manyar memiliki komposisi tenaga kerja Indonesia hingga 98 persen,” ungkapnya.
Airlangga menambahkan, smelter Manyar perlu melalui proses pre-commissioning dan commissioning sebelum dapat beroperasi penuh layaknya pabrik-pabrik lain. Tahap pre-commissioning dan commissioning akan memastikan seluruh fasilitas berfungsi tanpa kendala, dan memakan waktu sekitar lima bulan sebelum beroperasi pada Mei 2024.
“Kami pastikan, pembangunan smelter dapat memenuhi target linimasa kurva-S yang telah disetujui pemerintah. Kami terus secara intensif berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam mengupayakan akselerasi perampungan smelter Manyar,” ujar Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Jalin Kerjasama Dengan PB PASI, MIND ID Dukung Prestasi Atletik di Indonesia
Selain fasilitas pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga, smelter Manyar akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung, seperti Precious Metal Refinery (PMR). Fasilitas PMR, yang berfungsi untuk mengolah lumpur anoda dari hasil olahan pemurnian konsentrat tembaga menjadi emas dan perak. Fasilitas tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan rata-rata 35 ton hingga maksimal 60 ton emas per tahun.
“Fasilitas pendukung PMR memungkinan proses produksi emas dari hulu ke hilir di dalam negeri, yang akan memberikan nilai tambah bagi neraca perbankan Indonesia,” tambah Airlangga.
Pembangunan smelter Manyar hingga akhir Desember 2022 telah mengeluarkan biaya investasi sebesar 1,63 miliar Dolar AS, atau setara Rp25 triliun, dari nilai total investasi sebesar 3 miliar Dolar AS, atau setara Rp45 triliun.
Smelter Manyar, dengan desain single-line terbesar di dunia akan mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.