Suara.com - Harga emas berada di jalur untuk mencatat kenaikan bulanan ketiga berturut-turut pada perdagangan akhir pada Selasa, kondisi ini dibantu oleh depresiasi dolar dan ekspektasi seputar kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve.
Mengutip CNBC, Rabu (1/2/2023) harga emas di pasar spot mendekati level tertinggi sesi, naik 0,3% menjadi USD1.928,81 per ons dan melambung sekitar 5,7% sejauh Januari.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup menguat 0,3% menjadi USD1.945,3 per ons.
Dolar menuju kerugian bulanan keempat berturut-turut, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Jelang Pertemuan The Fed, Rupiah Sentuh Level Terendah Satu Minggu
"Kita memiliki begitu banyak risiko yang didorong oleh peristiwa sepanjang minggu ini dan investor harus memperhatikannya. Harga emas cenderung tidak stabil," kata Phillip Streible, Chief Market Strategist Blue Line Futures, Chicago.
Keputusan kebijakan bank sentral Amerika dijadwalkan pada pukul 19.00 GMT, Rabu, diikuti konferensi pers dari Chairman Fed Jerome Powell.
Trader memperkirakan kenaikan suku bunga the Fed sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,5-4,75%. Mereka memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 4,9% pada Juni.
Selain itu, Bank Sentral Eropa dan Bank of England diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis.
Suku bunga yang lebih rendah cenderung menguntungkan emas, karena mengurangi opportunity cost untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil tersebut.
Sementara itu harga logam mulia lainnya, perak di pasar spot naik 0,6% menjadi USD23,72 per ons sementara platinum menguat 0,3% menjadi USD1.012,25 - namun keduanya menuju penurunan bulanan pertama dalam lima bulan.
Sedangkan paladium bertambah 0,5% menjadi USD1.647,18 per ons, jatuh untuk bulan kedua berturut-turut.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Goceng, Tapi Masih Dibandrol Rp1 Jutaan Pagi Ini