Mundur dari Dirut MNC Digital, Hary Tanoe Masih Tajir Melintir Lewat Deretan Bisnis Ini

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 31 Januari 2023 | 17:57 WIB
Mundur dari Dirut MNC Digital, Hary Tanoe Masih Tajir Melintir Lewat Deretan Bisnis Ini
Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo memberikan sambutan dalam pelantikan Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi sebagai Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo, Sabtu (6/8/2022). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hary Tanoesoedibjo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT MNC Digital Entertainment Tbk. Ia mengajukan surat pengunduran diri sejak 26 Januari 2023.

Hary Tanoe tercatat sudah menjabat sebagai Komisaris Utama PT MNC sejak Februari 2004. Alasan pengunduran diri Hary Tanoe adalah terkait aturan yang menerapkan pembatasan bagi direksi perusahaan publik untuk mejabat sebanyak-banyaknya pada dua perusahaan publik. 

Diketahui Hary Tanoe saat ini memang tercatat menempati posisi direktur utama di perusahaan MNC Group lainnya, yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT).

Simak deretan bisnis Hary Tanoe yang baru saja mundur jadi dirut MNC Digital berikut ini.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo Resmi Mundur dari MNC Digital

Bisnis Media dan Penyiaran Hary Tanoe

Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup Bhakti Investama sejak tahun 1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis manajemen investasi, yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya dan kemudian menjualnya kembali.

Perusahaan itu terdaftar dalam bursa efek sebagai perusahaan terbuka dan seiring dengan waktu berkembang semakin besar.

Pada masa krisis ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, Hary Tanoe melalui perusahaannya banyak melakukan penggabungan dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti Investama mengambil alih sebagian saham Bimantara Citra dan kemudian diubah namanya menjadi Global Mediacom ketika mayoritas saham sudah dimilikinya.

Sejak pengambilalihan tersebut, Hary Tanoe terjun dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Ia kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak tahun 2002, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan itu. 

Baca Juga: Meski IHSG Berpeluang Terkoreksi, Sejumlah Saham Tetap Bikin Cuan di Akhir Pekan

Selain itu Hary Tanoe juga menjabat sebagai Presiden Direktur Media Nusantara Citra (MNC) dan RCTI sejak tahun 2003. Ia juga jadi Komisaris Mobile-8, Indovision dan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera grup perusahaan Global Mediacom dan Bhakti Investama. 

Selain empat jaringan televisi swasta (RCTI, MNCTV, GTV, dan iNews), grup media Hary Tanoe juga mencakup beberapa jaringan radio seperti Trijaya FM. Bisnis Hary Tanoe pun mencakup beberapa media cetak seperti surat kabar Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust, dan tabloid remaja Genie.

Pada tahun 2011, majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia dengan Hary Tanoe menduduki peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan sebesar US$ 1,19 miliar. Saat ini, Hary Tanoesoedibjo juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan seperti MNC Group dan HT Investment Development Ltd.

Bisnis Batu Bara

Kemudian pada 2022 lalu, Hary Tanoe mengubah lini bisnis PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) dari maskapai penerbangan menjadi batu bara yang berkembang pesat hingga labanya jadi Rp 696 miliar.

Melesatnya kinerja perusahaan Hary Tanoe itu merupakan hasil dari langkah strategis perseroan yang mengalihkan fokus bisnisnya menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi, dengan mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR).

BCR merupakan perusahaan eksplorasi dan produsen tambang batu bara di Sumatera Selatan yang juga merupakan perusahaan induk dari 10 perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP), yang secara total memiliki estimasi sumberdaya sebesar 1,75 miliar MT dan estimasi cadangan sebesar 750 juta MT.

Sebelum 'banting setir' ke industri batu bara dan migas, IATA bernama PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. Hary Tanoe sempat mengatakan bisnis penerbangan tetap dimiliki dan dijalankan melalui anak usahanya tetapi bukan lagi menjadi induk dan bisnis di sektor utama.

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI