Suara.com - Sejumlah mata uang asing berguguran pada siang hari Selasa (31/1/2023) dengan rupiah menuju level terendahnya selama satu minggu terakhir. Amblesnya mata uang utama kawasan Asia seiring jelang pertemuan The Federal Reserve pada pertengahan pekan ini.
Mengutip Reuters, Rupiah turun 0,2% atau melemah ke posisi Rp 15.003 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.970 per USD sementara ringgit Malaysia melemah 0,1%, sedangkan baht Thailand mendatar.
"Pasar umumnya berhati-hati menjelang peristiwa makro utama, yaitu pertemuan Federal Open Market Committee, pertemuan Bank Sentral Eropa, dan data penggajian Amerika Serikat," kata Alvin Tan, analis RBC Capital Markets.
The Fed secara luas diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), Rabu - terkecil sejak bank sentral memulai siklus pengetatan 10 bulan lalu dengan satu ukuran yang sama. Analis memperkirakan dua kenaikan seperempat poin persentase lagi pada pertengahan 2023.
Baca Juga: Dolar Tersungkur, Mata Uang Rupiah Menguat Tajam
"Saya memperkirakan the Fed mengulangi pesan bahwa mereka tidak akan menurunkan suku bunga tahun ini, bertentangan dengan ekspektasi pasar. Meski demikian, pasar bersiap-siap dengan gagasan bahwa the Fed akan segera mengambil jeda," kata Tan, menambahkan bahwa sentimen risiko kemungkinan akan tetap didukung dalam beberapa minggu mendatang.
Peso Filipina mendatar, sementara saham di Manila merosot 2,8% dan menandai hari terburuk sejak 2 Desember tahun lalu.
Inflasi di negara itu kemungkinan berada dalam kisaran 7,5% hingga 8,3% pada Januari setelah mencapai level tertinggi dalam 14 tahun, bulan lalu.