Suara.com - Raksasa energi, Chevron mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) senilai USD 75 miliar atau sekitar Rp 1.122 triliun (kurs Rp 14.960 per USD). Setelah kinerja perusahaan sepanjang tahun lalu melejit imba kenaikan harga energi global.
Mengutip CNN, Senin (30/1/2023) buyback akan berlaku efektif pada 1 April dan tanpa tanggal kadaluarsa. Selain buyback Chevron berencana juga memberikan dividen kepada para pemegang saham, angkanya pun naik menjadi USD 1,51 per saham dari sebelumnya USD 1,42 per saham.
Dividen akan didistribusikan pada 10 Maret. Kapitalisasi pasar Chevron berkisar USD 350 miliar pada penutupan pasar hari Rabu. Artinya, aksi buyback akan mewakili lebih dari 20 persen saham perusahaan dengan harga saat ini. Rencana pembelian kembali ini mengikuti rencana sebelumnya senilai USD 25 miliar yang diberlakukan pada 2019. Rencana lama itu akan dihentikan pada akhir Maret.
Dalam laporan terakhirnya, Chevron telah melakukan buyback senilai USD 3,75 miliar pada kuartal III 2022. Rencana buyback ini menyusul momentum sektor energi, seiring ekonomi AS yang dibuka kembali dan invasi Rusia ke Ukraina yang mendorong harga minyak dan gas lebih tinggi pada 2022.
Baca Juga: Krisis Energi Masih Hantui Eropa, Jerman Bersiap Hadapi Kenaikan Harga Gas Hingga 2023
Chevron melaporkan arus kas lebih dari USD 12 miliar dan pendapatan bersih USD 11 miliar untuk kuartal III saja. Saham Chevron naik lebih dari 50 persen pada 2022, bahkan ketika pasar saham yang lebih luas menurun.
Dividen akan didistribusikan pada 10 Maret. Kapitalisasi pasar Chevron berkisar USD 350 miliar pada penutupan pasar hari Rabu. Artinya, aksi buyback akan mewakili lebih dari 20 persen saham perusahaan dengan harga saat ini. Rencana pembelian kembali ini mengikuti rencana sebelumnya senilai USD 25 miliar yang diberlakukan pada 2019. Rencana lama itu akan dihentikan pada akhir Maret.
Dalam laporan terakhirnya, Chevron telah melakukan buyback senilai USD 3,75 miliar pada kuartal III 2022. Rencana buyback ini menyusul momentum sektor energi, seiring ekonomi AS yang dibuka kembali dan invasi Rusia ke Ukraina yang mendorong harga minyak dan gas lebih tinggi pada 2022.
Chevron melaporkan arus kas lebih dari USD 12 miliar dan pendapatan bersih USD 11 miliar untuk kuartal III saja. Saham Chevron naik lebih dari 50 persen pada 2022, bahkan ketika pasar saham yang lebih luas menurun.
Baca Juga: Gara-gara Krisis Energi, Populasi Babi di Jerman Menurun