Suara.com - Bank BRI menyelenggarakan acara BRI Micro Finance Outlook 2023 dengan tema "Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity", Kamis (26/1/2023).
Hadir sebagai keynote speaker dalam event ini diantaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama BRI, Sunarso.
Acara ini juga merupakan kegiatan untuk memberikan edukasi serta gambaran tentang kondisi ekonomi Indonesia khususnya pada tahun 2023 dimana isu ESG menjadi hal yang perlu dijadikan fokus oleh investor dan stakeholder dalam membantu pemulihan perekonomian Indonesia.
Keterlibatan investor, analis dan regulator berperan penting untuk meningkatkan awareness dalam mengukur keberlanjutan dan dampak etis hasil investasi bisnis atau perusahaan untuk pelaku UMKM di Tahun 2023.
Baca Juga: Prediksi Persib vs Borneo FC di BRI Liga 1: Head to head, Susunan Pemain, Skor
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan event ini dilakukan secara hybrid dan menyajikan dua sesi seminar virtual dengan dua sub tema yaitu dengan tema financial inclusion dan environmental social governance
“Sebagai salah satu lembaga pembiayaan mikro terbesar di dunia, BRI terus berkomitmen mengembangkan bisnis mikro dan mendukung pertumbuhan mikro di tengah ketidakpastian ekonomi sekaligus memantapkan posisi BRI sebagai pelopor program microfinance yang membantu melalui kredit dan pembiayaan dengan atas kesinambungan,” ucap Sunarso.
Ia menuturkan bahwa tahun 2023 punya tantangan besar dan situasinya tidak menentu, selain itu banyak juga yang meramalkan begitu gloomy nya situasi perekonomian global.
Sunarso menjelaskan, probabilitas resesi ekonomi global 2023 meningkat, namun tidak untuk Indonesia. Ada 3 kondisi yang memberikan tantangan terbesar terhadap ekonomi global yaitu tekanan inflasi yang masih tinggi, tensi geopolitik global dan disrupsi rantai pokok serta kebijakan pengetatan likuiditas.
“Berdasarkan analisis Bloomberg, peluang terjadinya resesi di Indonesia hanya sekitar 3%, artinya rendah. Mudah-mudah2an kita benar bisa mewujudkan resiliensi ini sehingga tidak terjadi resesi di Indonesia,” terangnya.
Baca Juga: Fabiano Beltrame Absen hingga Akhir Musim, 3 Bek Persis Solo Youth Ini Bisa Jadi Pengganti
Menurut Sunarso, ekonomi Indonesia di integrasikan begitu solidnya sehingga kita memiliki soliditas, resiliensi. Ia menyebut, ada 2 faktor yang bisa menyelamatkan Indonesia dari resesi, pertama adalah kuatnya konsumsi di dalam negeri dan kedua optimisme para pelaku pasar di UMKM terhadap kondisi perekonomian Indonesia
“Ini di BRI memang ada risetnya yang kita anounce setiap bulan. Alhamdulillah yang kita ukur riset tersebut dari evaluasi terkahir kuarter 4 2022, menunjukkan bahwa terjadi kenaikan bisnis UMKM di semua sektor yang disebabkan kinerja perekonomian yang semakin membaik dan diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin pulih,” ucap Sunarso.
Sementara itu, BRI juga berkomitmen untuk terus mengaplikasikan ESG sebagai bentuk value beyond profit.
“Meskipun kita tahu isu ESG mulai menurun karena kalah desakan inflasi, krisis energi, krisis pangan, tetapi kita tidak kendur untuk tetap bersemangat mengaplikasikan ESG, sampai 2022 kita sudah mengestablishkan ESG roadmap, menjadi partnership Carbon Accounting Financial dan kita juga new green office building,” imbuh Sunarso.
Menteri BUMN, Erick Thohir mengaku lega dan gembira ketika pembahasan soa inklusi keuangan semakin mengarah dan menajam ke arah UMKM.
“Sebab disini arena kehidupan rakyat, arena perjuangan ekonomi masyarakat dan arena untuk memperdayakan harapan besar kala bertahan dengan usaha sendiri, bukan hanya melompat jauh dengan inovasi,” kata Erick.
Menurutnya sangat tepat jika upaya dan perhatian dalam membantu UMKM terus diarahkan pada kepastian sustainability.
Dalam hal ini sejak awal transformasi yang dilakukan BUMN berupaya membentuk ekosistem yang melibatkan UMKM seperti melalui program pasar digital atau padi UMKM.
“Hingga kini sebanyak 40ribu UMKM telah bergabung dalam program pasar digital UMKM, sebanyak 92 perusahaan dan anak perusahaan BUMN juga telah mencapai nilai yang sangat besar yaitu 24,4 triliun rupiah sepanjang tahun 2022 dengan targer tahun ini mencapai 50 triliun rupiah. Kita harus lebih memastikan program inklusif yang mendorong UMKM untuk naik kelas, dapat berjalan secara berkelanjutan,” papar Erick.