Namun, ketika fasilitas hilirisasi siap, hasilnya akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar dan bisa dinikmati oleh pengusaha maupun negara. Hal tersebut bisa dicapai dalam jangka menengah hingga panjang.
Ia menilai persiapan hilirisasi tembaga tidak akan memakan waktu lama, hanya membutuhkan waktu sekira 3 tahun.
"Saya perkirakan mungkin kurang dari 3 tahun sudah siap (hilirisasi tembaga) dan akan menaikkan nilai tambah, tapi dalam setahun awal akan terjadi penurunan. Tahun kedua saat hilirisasi sudah siap itu sudah akan kembali menaikkan pendapatan pengusaha maupun devisa negara," tukasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi membuka kemungkinan melarang ekspor tembaga pada pertengahan tahun ini. Hal ini dilakukan agar bahan mentah dan mineral RI bisa memberikan nilai tambah bagi ekonomi dalam negeri.
Jokowi juga tidak takut jika kelak ada negara yang kembali menuntut Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) karena larangan ekspor tersebut.
"Masalah nikel kalah di WTO, kita terus, Justru kita tambah stop bauksit dan mungkin pertengahan tahun kita tambah lagi stop tembaga," tegas Jokowi
Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan larangan ekspor tembaga dan bahan mentah sesuai dengan upaya Bung Karno yang menyatakan menolak imperialisme dan memperluas kerja sama yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, dengan hilirisasi tembaga Indonesia juga akan lebih diuntungkan dibanding ekspor bahan mentah.