Dari segmen bisnis e-Commerce, misalnya, keputusan untuk menaikkan net take Tokopedia menjadi 4 persen, berpotensi memberikan pendapatan tambahan hingga Rp2,1 triliun.
”Kenaikan take-rate sangat penting dalam misi GOTO untuk mencapai profitabilitas lebih cepat. Hal lain yang patut diperhatikan adalah upaya GOTO untuk membukukan margin kontribusi positif dari Gojek dan GoTo Financial pada 2Q23, yang menurut kami sangat mungkin tercapai mengingat GOTO telah menaikkan net take rate Gojek menjadi 20,8 persen dan diperkirakan akan kembali dinaikkan sebesar +150 bps per kuartal sembari mengurangi biaya operasional,” ulasnya.
Sejumlah faktor positif dan posisi undervalue dimaksud, mendorong kenaikan harga saham GOTO sampai dengan pekan awal tahun 2023.
Hal ini terjadi di tengah masih tingginya tekanan jual oleh investor asing di pasar saham Indonesia.
Untuk diketahui, GOTO berakhir di zona hijau sejalan dengan positifnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 30,717 poin (0,46 persen) ke level 6.684,558 pada akhir pekan kemarin (06/01).
Harga saham perusahaan ekosistem digital terbesar di Indonesia ini ditutup naik 3 poin (3,26 persen) menjadi Rp95 per saham seiring dengan terus terjadinya akumulasi beli oleh pelaku pasar.
Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat aksi beli investor terhadap saham GOTO terjadi secara bertahap sejak akhir tahun 2022.
Secara kumulatif, pada 9 hari perdagangan sampai dengan Jumat (6 Januari 2023), saham GOTO mengalami kenaikan cukup signifikan mencapai sebesar 41 poin (46,66 persen).
GOTO menjadi nomor 2 saham penggerak positifnya IHSGpada akhir pekan di bawah Bayan Resources (BYAN).
Baca Juga: Saham Garuda Indonesia (GIAA) Resmi Kembali Diperdagangkan Setelah 1,5 Tahun Digembok
Posisi ketiga ada saham Bank BCA (BBCA) diikuti Astra International (ASII) dan Semen Indonesia (SMGR).