Suara.com - Pakar ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat terpengaruh oleh daya pikir dan teknologi. Sayangnya, ekonomi Indonesia justru dikontirbusikan lebih banyak menggunakan fisik.
“Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh unsur teknologi, semakin banyak pakai komponen otak, semakin kencang pertumbuhan ekonomi itu. Semakin banyak pakai otot, pertumbuhannya melambat terus,” kata Faisal Basri dalam diskusi bertajuk “Catatan Awal Ekonomi Tahun 2023” oleh Indef pada Kamis (5/1/2023).
Penggunaan daya pikir masyarakat ditunjukkan indeks Total Faktor Productivity (TFP), yang mana Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Asia Productivity Organization (APO) mencatat indeks TFP Indonesia berada di angka 1,5 poin pada 1980, kemudian turun di angka 1,0 poin pada tahun 2000, dan turun di angka 0,8 poin pada tahun 2020.
Baca Juga: IPO Bank Sumut Terancam Gagal, Buntut OJK Tak Kunjung Beri Pernyataan Efektif
“Kita mengalami penurunan yang terus menerus,” kata Faisal Basri.
Pada 2020 Indeks TFP Indonesia berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina di angka 1,0 poin, serta Vietnam di angka 1,2 poin.
Faisal Basri menjelaskan penggunaan daya pikir masyarakat sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya teknologi dan inovasi, kondisi pasar dan ekonomi, serta budaya dan society (masyarakat).
“Tiga faktor inilah yang terjadi pelemahan terus menerus,” kata Faisal Basri.
Dengan demikian dia menyampaikan secara agregasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar dikontribusikan oleh modal fisik, dibandingkan modal daya pikir atau teknologi selama periode 2000- 2020.
Baca Juga: Bupati Subang Sambut Baik Keputusan Presiden Jokowi Cabut PPKM, Alasannya Karena Ini
Selama periode tersebut APO mencatat kontribusi modal berbasis non-IT terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia naik sebesar 71 persen dan kontribusi modal berbasis IT naik 6 persen.
Selain itu, lanjutnya, kontribusi tenaga kerja penuh waktu naik 14 persen dan kontribusi tenaga kerja berkualitas naik 29 persen. Sedangkan kontribusi TFP atau daya pikir minus 19 persen selama periode tersebut.
“Hampir tiga per empat pertumbuhannya disumbangkan oleh modal fisik, seperti infrastruktur. Sumbangan otak dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia minus (19 persen) selama periode 2000- 2020 ” pungkas Faisal Basri.
Sebagai informasi ekonomi nasional tumbuh sebesar 5,72 persen secara tahunan (yoy) pada triwulan III 2022, dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.091,2 triliun.