Suara.com - Berdasarkan laporan OJK, minat untuk penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 masih tetap tinggi, yaitu sebesar Rp267,73 triliun.
"Penghimpunan dana ini disertai emiten baru tercatat sebanyak 71 emiten, yang merupakan rekor tertinggi jumlah emiten baru," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Desember 2022 pada Senin (2/1/2023).
Di pipeline, kata dia, masih terdapat 84 rencana penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan nilai sebesar Rp81,41 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO yang akan dilakukan oleh emiten baru sebanyak 58 perusahaan.
Sementara, penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, telah terdapat 14 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 337 penerbit, 136.779 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp721,84 miliar.
Baca Juga: Dalam UU PPSK Hanya OJK Yang Bisa Lakukan Penyidikan Pidana Jasa Keuangan, Ini Kata Pengamat
Jumlah investor pasar modal pada 2022 lalu mencapai 10,31 juta yang merupakan tonggak bersejarah baru bagi industri pasar modal. Dukungan kemudahan masyarakat mengakses instrumen pasar modal dan perluasan kanal distribusi terutama secara digital mendukung lonjakan pertumbuhan investor sebesar 37,68 persen dibanding periode sama sebelumnya (year-on-year/yoy).
Inarno menyebutkan pasar saham hingga 30 Desember 2022 melemah 3,26 persen dibanding akhir November 2022 (month-to-date/mtd) ke level 6.850,62 dengan non residen mencatatkan dana keluar (outflow) sebesar Rp20,91triliun (mtd).
"Jika dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat sebesar 4,09 persen dengan non residen membukukan beli bersih (net buy) sebesar Rp60,58 triliun," tambahnya.
Sementara di pasar obligasi, lanjut dia, indeks pasar obligasi Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 0,82 persen (mtd) dan 3,6 persen (ytd) ke level 344,78. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non residen tercatat sebesar Rp236,57 miliar (mtd) atau Rp199,51 miliar (ytd).
Di pasar SBN, non residen mencatatkan aliran modal masuk (inflow) Rp25,43 triliun (mtd) sehingga mendorong penurunan imbal hasil (yield) SBN rata-rata sebesar 6,24 basis poin (bps) (mtd) di seluruh tenor.
Baca Juga: Erick Thohir Klaim Restrukturisasi Garuda Terbesar dalam Sejarah, Saham GIAA Naik Lagi?
Secara ytd, Inarno menyampaikan yield SBN telah meningkat rata-rata sebesar 51,3 bps di seluruh tenor dengan non residen mencatatkan jual bersih sebesar Rp128,98 triliun.
Lebih lanjut, kinerja reksa dana mengalami penurunan tercermin dari penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar 1,47 persen (mtd) di Rp504,62 triliun dan tercatat net redemption sebesar Rp760 miliar (mtd). Secara ytd, NAB turun sebesar 12,76 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp79,11 triliun.