Suara.com - Inteljen Nasional Korea Selatan (NIS) pada Kamis (22/12/2022) lalu melaporkan adanya aksi peretasan kripto yang diduga dilakukan oleh komplotan dari Korea Utara.
Aksi hacker tersebut berhasil mencuri aset kripto dengan nilai mencapai 1,5 triliun won setara Rp18,7 triliun. Pengamat Korsel menuduh, Korea Utara memanfaatkan kripto dan aksi peretasan di dunia sebagai sumber dana pengembangan senjata nuklir negara tersebut.
Melansir dari Blockchain Media, inteljen Korsel menyebut, kemampuan hacker Korea Utara jadi salah satu yang terbaik di dunia dalam aksi pencurian kripto.
Alasannya lantaran Korut disebut fokus mengembangkan kemampuan siber mereka sejak sanksi PBB pada 2017 silam.
Baca Juga: Aktris Inggris Katy Louise Saunders Diduga sebagai Pacar Baru Song Joong Ki
Guncangan ekonomi yang terjadi jelang pergantian tahun dan pemulihan yang belum sepenuhnya sukses pasca wabah COVID-19 juga turut dirasakan Korea Utara.
Market Watch bahkan melaporkan, peretas Korut saat ini telah berhasil mengumpulkan aset curian senilai 1,5 triliun won atau setara US$1,2 milyar sejak tahun 2017. Dari total tersebut, lebih dari 100 milyar won atau US$78 juta berasal dari Korsel.
Laporan yang mengutip dari NIS itu juga menyebut, hacker Korut kemungkinan besar akan beraksi lebih besar pada tahun 2023 nanti dengan sasaran Korea Selatan.
Pada Desember ini, diplomat senior dari Amerika Serikat, Korsel dan Jepang setuju untuk memperkuat keamanan siber guna menangani masalah ini,
Awal tahun ini, PBB juga menuduh Korut sebagai sosok di balik aksi peretasan aset di seluruh dunia dengan kerugian mencapai ratusan juta dolar AS.
Baca Juga: Keluar SM Entertainment, Tiffany SNSD Langsung Terikat Kontrak dengan Agensi Baru
Aksi tersebut diduga digunakan Korut untuk mendanai pengembangan rudal nuklir mereka di tengah kesulitan ekonomi yang terjadi di negara tersebut.