Suara.com - Sepanjang tahun 2022, gelombang PHK jadi salah satu fenomena yang kerap disorot. Sepanjang tahun ini, sejumlah perusahaan memang melakukan PHK massal.
Tidak hanya terjadi di perusahaan rintisan atau Startup, PHK juga melanda perusahaan raksasa. BErdasarkan penelurusan Suara.com, berikut 22 perusahaan yang sudah melakukan PHK karyawan mereka hingga hari ini, Selasa (27/12/2022).
1. Shopee Indonesia
Sebagai salah satu perusahaan yang cukup mapan dengan label perusahaan raksasa tidak membuat Shopee bebas dari guncangan ekonomi.
Baca Juga: 20 Startup Ramaikan Fablab Correctio Jababeka di Cikarang
Shopee Indonesia dilaporkan melakukan PHK massal karyawan pada 19 September lalu. Eks karyawan mendapatkan pesangon dan dukungan dari perusahaan sesuai aturan perundang-undangan plus 1 bulan gaji.
2. Ajaib
Perusahaan di bidang investasi, Ajaib juga mengambil langkah PHK sejumlah karyawan mereka. Melalui keterangan resminya, manajemen menyebut, Ajaib dalam tiga tahun terakhir berupaya meningkatkan inklusi keuangan Indonesia melalui layanan jasa keuangan digital.
Bahkan, jajaran manajemen dan petinggi perusahaan juga mengurangi gaji hingga tidak menerima gaji demi kelangsungan usaha.
3. Tokocrypto
Baca Juga: Xiaomi PHK 10 Persen Pegawai, Indonesia Terdampak?
Perusahaan yang melayani perdagangan aset kripto, Tokocrypto juga melakukan PHK massal sekitar 45 orang karyawan mereka.
Langkah ini diklaim sebagai salah satu upaya dalam mengubah strategi internal perusahaan.
4. Binar Academy
Pada Oktober lalu, Binar Academy mengumumkan PHK 20 persen dari total karyawan mereka. Melalui keterangan resminya, Binar Academy mengaku mengambil keputusan ini sebagai langkah perubahan peran di beberapa fungsi bisnis dengan kapabilitas yang dibutuhkan sesuai strategi bisnis ke depan.
5. Bananas Indonesia
Startup juga tidak bisa selamat dari gelombang PHK di Indonesia. Salah satunya Bananas Indonesia yang memutuskan untuk berhenti beroperasi akibat bisnis yang mandeg. Dampaknya, semua karyawan terdampak PHK.
6. GrabKitchen
Salah satu layanan yang dihadirkan Grab, GrabKitchen resmi ditutup dari Indonesia sejak 19 Desember lalu. Karyawan GrabKitchen diberi pilihan antara melanjutkan bekerja di divisi lain atau PHK.
Dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/10/2022) Chief Communications Officer Grab Indonesia Mayang Schreiber menjelaskan selama 4 tahun perusahaan beroperasi, terlihat pertumbuhan yang tidak konsisten, serta adanya peralihan menjadi model bisnis aset-ringan.
7. JD.ID
Mendobrak pasar e-commerce di Indonesia dengan promo yang luar biasa tidak bisa membuat JD.ID bertahan di Indonesia.
Tidak hanya PHK karyawan, JD.ID diisukan hengkang dari Indonesia.
8. Mamikos
Perusahaan rintisan yang menyediakan layanan sewa rumah dan kos, Mamikos melaporkan PHK massal 100 karyawan pada pertengahan tahun 2022 ini.
9. Mobile Premier League
Startup gaming Mobile Premier League atau MPL memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis mereka di Indonesia terhitung sejak 30 Mei 2022.
10. Lummo
Startup Lummo dilaporkan melakukan PHK sekitar 100 karyawan mereka pada Juni 2022 lalu. Selain itu, Lummo juga menghentikan ekspansi dari layanan LummoShop.
11. TaniHub
Startup TaniHub resmi menghentikan layanan B2C dan fokus di B2B pada awal 2022 lalu dan memutuskan PHK karyawan mereka hampir bersamaan.
12. LinkAja
Dukungan dari pemerintah tidak membuat LinkAja selamat dari guncangan ekonomi. LinkAja atau PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) melakukan PHK terhadap ratusan karyawan (200) sekitar Mei 2022.
13. Pahamify
Startup edutech Pahamfy mengumumkan PHK terhadap sejumlah karyawan pada Juni 2022 lalu.
14. Zenius
Banyak startup di bidang pendidikan yang terdampak guncangan ekonomi tahun ini. Salah satunya Zenius yang PHK 800 karyawan dari Mei hingga Agustus 2022.
15. Ruangguru
Edutech lainnya, Ruangguru juga melakukan PHK massal ratusan karyawan mereka.
"Hari ini Ruangguru melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan sebagian pegawai Ruangguru. Terdapat ratusan pegawai Ruangguru yang terdampak dari pemutusan hubungan kerja ini. Keputusan sulit ini diambil karena situasi pasar global yang memburuk secara drastis," tulis perusahaan beberapa waktu lalu.
16. SiCepat
Berkembang cukup pesat, startup SiCepat ternyata juga harus melakukan PHK ratusan karyawan mereka yang diklaim sebagai bentuk evaluasi kompetensi karyawan.
17. GoTo
GoTo melakukan PHK terhadap 1.300 karyawan mereka sepanjang tahun ini. GoTo memastikan memenuhi hak eks karyawan sesuai dengan UU yang berlaku.
"Karyawan terdampak akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi. Lebih dari itu, GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial, antara lain berupa tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu)," tulis keterangan resmi GOTO.
18. SIRCLO
Perusahaan rintisan di bidang omnichannel commerce enabler SIRCLO Group mengumumkan PHK massal 8% dari total karyawan, efektif per 22 November 2022.
Langkah ini diklaim bertujuan mempertahankan kelangsungan bisnis jangka panjang di tengah ancaman tantangan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.
19. OYO
Agregator penginapan asal India, Oyo Hotels and Homes Pvt Ltd juga mengumumkan PHK massal karyawan. Meski tidak dilaporkan akan berdampak pada cabang di Indonesia.
"Kami akan melakukan semua yang kami bisa. Sebagian besar orang yang harus kami keluarkan, dan perusahaan akan mendukung mereka untuk pekerjaan di tepat lain," kata Chief Executive Officer Ritesh Agarwal dilansir dari Reuters, Senin (5/12/2022) lalu.
20. Sayurbox
Startup bidang e-grocery, Sayurbox mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan yang dilakukan per Selasa (6/12/2022) lalu.
Diperkirakan tidak lebih dari 50 karyawan Sayurbox terdampak PHK massal. Co-Founder and Chief Executive Officer Sayurbox Amanda Susanti mengatakan, perusahaan berkomitmen untuk mandiri dan mampu tumbuh secara sustainable (berkelanjutan) dalam jangka panjang di tengah tantangan makro ekonomi global.
21. Glints
Platform pengembangan karier Glints mengumumkan pemutusan hubungan kerja sejumlah karyawan pada Rabu (7/12/2022).
CEO Glint, Oswald Yeo mengatakan, langkah ini sangat sulit bagi perusahaan. Meski demikian, hal ini perlu dilakukan guna memastikan pertumbuhan bisnis.
"Keputusan ini sangat sulit bagi perusahaan yang misinya adalah membantu orang mewujudkan potensi penuh mereka. Kami memahami bahwa akan lebih sulit lagi bagi mereka yang terkena dampak," tulis CEO sekaligus salah satu pendiri Glints, Oswald Yeo.