Suara.com - Tahun 2022 boleh dibilang tahun kelabu buat pasar kripto global, pasalnya sejumlah perusahaan terkenal runtuh secara keseluruhan dan harga mata uang digital tersebut jatuh secara spektakuler.
Peristiwa tahun ini mengejutkan banyak investor dan membuat tugas memprediksi harga bitcoin menjadi jauh lebih sulit.
Mengutip CNBC, Senin (26/12/2022) awalnya pasar kripto diprediksi cerah sepanjang tahun ini, namun kondisi tersebut salah dan bahkan harga kripto anjlok hingga level terendah sepanjang sejarah.
Itu dimulai pada bulan Mei dengan runtuhnya terraUSD, atau UST, sebuah stablecoin algoritmik yang seharusnya dipatok satu-ke-satu dengan dolar AS . Kegagalannya harga selanjutnya juga dialami oleh terraUSD token luna dan memukul perusahaan dengan paparan kedua cryptocurrency.
Baca Juga: Peretas Korea Utara Diduga Telah Mencuri Rp 18 Triliun dalam Kripto Sejak 2017
"Three Arrows Capital, dana lindung nilai dengan pandangan bullish pada crypto, terjun ke dalam likuidasi dan mengajukan kebangkrutan karena keterpaparannya terhadap terraUSD," sebut laporan CNBC.
Yang paling menghebohkan adalah soal keruntuhan FTX pada bulan November, salah satu bursa cryptocurrency terbesar di dunia yang dijalankan oleh Sam Bankman-Fried, seorang eksekutif yang sering menjadi sorotan. Dampak dari FTX terus beriak di seluruh industri cryptocurrency.
"Di atas kegagalan khusus crypto, investor juga harus bersaing dengan kenaikan suku bunga, yang telah menekan aset berisiko, termasuk saham dan kripto," katanya.
Bitcoin telah tenggelam sekitar 75% sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa hampir $69.000 pada November 2021 dan lebih dari $2 triliun telah terhapus dari nilai seluruh pasar cryptocurrency. Pada hari Jumat, bitcoin diperdagangkan di bawah $17.000.
Baca Juga: CEO Indodax: Tahun 2022 Aset Kripto Alami Winter Panjang