Gara-gara Krisis Energi, Populasi Babi di Jerman Menurun

Senin, 26 Desember 2022 | 09:00 WIB
Gara-gara Krisis Energi, Populasi Babi di Jerman Menurun
Flu babi yang disebabkan oleh virus H1N1 (Freepik/user961699)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah hewan babi di Jerman telah menurun ke rekor terendah karena para peternak berjuang melawan biaya produksi yang melonjak, kondisi menambah daftar industri Jerman yang tertatih-tatih karena adanya krisis energi.

"Stok babi dan jumlah peternakan babi turun karena situasi ekonomi yang terus-menerus sulit," kata Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) dalam siaran pers dikutip CNN, Senin (26/12/2022).

Lembaga tersebut menambahkan bahwa kenaikan tajam akibat harga energi, pupuk dan pakan telah mendorong biaya produksi meningkat lebih tinggi.

Sebelumnya Jerman mencatat ada sekitar 21,3 juta babi pada 3 November, menurun lebih dari 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan penurunan hampir 20% dibandingkan dengan 2020 dan membawanya ke titik terendah jumlah sepanjang masa.

Baca Juga: Tingkatkan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, PNM Lakukan Kerjasama dengan Fatayat NU Perempuan

Jerman juga kehilangan 1.900 peternakan babi tahun ini, menyusul penurunan 1.600 peternakan antara tahun 2020 dan 2021.

"Pada bulan Oktober bulan terakhir yang datanya tersedia biaya produksi untuk semua daging melonjak hampir 47% dibandingkan waktu yang sama tahun lalu," menurut data tersebut.

Data tersebut menunjukan bahwa lain industri Jerman telah berjuang melawan kenaikan harga energi yang menggiurkan selama setahun terakhir, dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari.

Banyak produsen di sektor energi, termasuk bahan kimia, kaca, dan logam, telah memangkas produksinya, sementara beberapa lainnya memberhentikan staf dan memindahkan sebagian operasi mereka ke luar negeri untuk mengatasinya.

"Sebanyak 2 juta pekerja di Jerman pun di PHK pada musim semi mendatang karena pengusaha bergulat dengan harga energi yang tinggi dan potensi kekurangan gas," kata Marc Schattenberg, seorang ekonom senior di Deutsche Bank Research, kepada CNN pada bulan Oktober. 

Baca Juga: Mengenal Desa Megulungkidul yang Raup Ratusan Juta dari Bisnis Petik Anggur Segar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI