Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan Bendungan Semantok, di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Bendungan yang dibangun sejak Desember 2017. Anggarannya mencapai Rp 1,17 triliun. Disebut terpanjang se-Asia Tenggara.
Presiden Jokowi terus menggalakkan pembangunan bendungan di berbagai daerah. Bahkan, sejak tahun 2015 hingga saat ini, kurang lebih ada 30 bendungan yang selesai dibangun. Jokowi menargetkan sebanyak 50-60 bendungan dapat terbangun hingga 2024
Pengamat Kebijakan Pangan, Razikin Juraid menyampaikan bendungan yang dibangun Jokowi di sejumlah daerah merupakan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat khususnya bagi para petani untuk mengairi sawah, sumber pembangkit listrik dan juga menciptakan tempat pariwisata baru.
“Soal bendungan itu harus kita letakkan dalam skala prioritas karena itu sangat dibutuhkan oleh rakyat terutama tadi itu tiga poin di aspek pertanian, listrik dan pariwisata,” ujar Razikin.
Baca Juga: Alasan Jokowi Beri Subsidi Rp80 Juta untuk Pembelian Mobil Listrik Baru
Adanya bendungan, menurut Razikin sebagai langkah memitigasi ketika musim kemarau datang para petani tidak mengalami kekeringan.
“Soal pertanian misalnya di beberapa daerah kan memang kita mengalami kekurangan air sehingga produktivitas pertanian itu mengalami penurunan sehingga sangat dibutuhkan bendungan untuk menampung air,” jelasnya.
Razikin menuturkan krisis pangan yang terjadi secara global secara berkepanjangan dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, menjadi tantangan bagi banyak negara termasuk Indonesia.
“Di tengah dunia global sekarang ini kita tidak mengetahui sampai berapa tahun ke depan situasi pangan dunia mengalami krisis, Indonesia diharapkan menjadi salah satu negara yang tidak terlalu bersoal di soal pangan,” ucapnya.
“Menuju ke situ tentu harus dipersiapkan infrastruktur, Jokowi menyiapkan itu dengan membangun bendungan dan itu sangat membantu dan produktivitas pertanian kita,” imbuh Razikin.
Sementara itu pada sektor listrik, Razikin mengatakan bendungan dapat menjadi salah satu sumber energi listrik yang potensial untuk dikembangkan, mengingat peralihan kebijakan dari penggunaan energi fosil ke energi hijau.
“Sekarang energi bergeser dari energi fosil ke energi terbarukan, energi hijau itu salah satunya untuk itu butuh bendungan-bendungan untuk pembangkit-pembangkit listrik kita, tentu harus ada kajian lebih lanjut lah kalau soal itu tapi yang pasti bahwa itu sangat dibutuhkan di soal pembangkit pembangkit listrik kita,” paparnya.
Ia mencontohkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berlokasi di Provinsi Sulawesi yang dibangun oleh pihak swasta, Razikin mendorong supaya pemerintah dapat juga menggarap proyek tersebut.
“Di pulau Sulawesi itu kan energi listrik lewat air itu sekarang sudah dibangun, kalau nggak salah oleh pihak swasta tinggal pemerintah mencontoh, mengecek itu untuk secepatnya bisa diwujudkan,” jelasnya.
Lanjut Razikin mengatakan bendungan bagi masyarakat dapat menjadi tempat wisata lokal yang murah bagi masyarakat sekitar.
“Kemudian di pariwisata tentu bendungan-bendungan itu hampir dipastikan menjadi pusat-pusat pariwisata baru destinasi wisata baru. Beberapa bendungan itu menjadi destinasi wisata baru masyarakat masyarakat lokal kita,” ungkapnya.
Selain itu, Razikin mengapresiasi target Presiden Jokowi akan membangun 50-60 bendungan lagi itu harus didukung oleh semua pihak untuk menjawab kebutuhan infrastruktur bagi masyarakat.
“Saya kira apa yang disampaikan presiden satu bentuk optimisme yang harus kita apresiasi karena itu menjawab kegelisahan rakyat selama ini soal infrastruktur bendungan,” ucapnya.
Namun, jika tidak rampung sesuai target, Razikin berpendapat setidaknya Presiden Jokowi sudah meletakan fondasi dan tinggal diteruskan oleh presiden selanjutnya.
“Paling tidak Pak Jokowi optimisme kita doakan mudah-mudahan selesai 2024 semua. Akan tetapi meskipun tidak selesai sampai finalisasinya sampai 20 atau 30 sisanya, tapi paling tidak presiden telah meletakkan fondasi dan itu akan dilanjutkan oleh Presiden selanjutnya,” pungkas Razikin.
Diketahui, Bendungan Semantok merupakan bendungan ke-30 yang dibangun Jokowi, berlokasi di Nganjuk, Jawa Timur, sekaligus bagian Proyek Strategis Nasional (PSN).
Yang menakjubkan, bendungan ini memiliki panjang 3,1 kilometer, terpanjang se-Asia Tenggara. Tidak hanya itu, ia memiliki kapasitas menampung volume air total 32,67 juta meter kubik dari aliran Sungai Semantok
Luas area genangan yang dimiliki bendungan ini sebesar 365 hektare sehingga mampu mereduksi banjir hingga 30% atau sebesar 137 m3 per detik pada wilayah hilir yang dialiri Sungai Semantok saat musim hujan.
Selain fungsi utama sebagai pengontrol air demi mencegah banjir, bendungan ini banyak manfaatnya untuk masyarakat sekitar. Di antaranya bisa menjadi penyalur air di areal persawahan seluas 1.900 hektar sebab dilengkapi jaringan irigasi demi meningkatkan produksi pertanian berkelanjutan.
Selain itu, untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air (PLTA), dan mendukung untuk wisata. Sebab ini memiliki lokasi yang alami, udaranya segar sehingga cocok untuk wisata dan olah raga.
Pembangunan bendungan di era Jokowi juga betul-betul memanfaatkan penerapan teknologi. Pada bendungan Semantok ini, ada berbagai macam teknologi untuk aspek kontruksi hingga lingkungan: digitalisasi konstruksi hingga penanaman vetiver.
Berkat penerapan teknologi ini, pembangunan ini meraih dari dalam maupun luar negeri. Namun poin pentingnya adalah bahwa pembangunan bendungan Semantok ini – juga bendungan-bendungan lain memiliki manfaat luas untuk masyarakat.
Alhasil dengan pembangunan yang masif ini, pemerintah daerah bersama masyarakat bisa memanfaatkan sebaik-baiknya dari keberadaan pembangunan ini untuk kemajuan daerah (sebagai destinasi wisata) atau manfaat lainnya.