12 Ojek Online Bangkrut di Indonesia, Ada Ojol Syariah Hingga Perusahaan Raksasa

M Nurhadi
12 Ojek Online Bangkrut di Indonesia, Ada Ojol Syariah Hingga Perusahaan Raksasa
Ojek Online khusus perempuan OjesyIndonesia (Ojesy Indonesia via Instagram)

Mulai dari Uber hingga Ojek Syariah.

Suara.com - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang ramah bagi perusahaan rintisan atau startup layanan jasa transportasi dan pengantar makanan.

Hal ini didukung dengan besarnya jumlah SDM, sarana, hingga kemudahan pembelian transportasi pribadi. Diawali oleh Gojek dan Grab, kini bisnis ride-hailing jadi salah satu yang berkembang pesat di tanah air.

Namun, ternyata tak selamanya bisnis ini bisa terus tumbuh pesat. Bahkan, ada startup ride-hailing yang harus melakukan PHK massal karyawan bahkan bangkrut. Berikut daftarnya.

1. Ojek Argo

Baca Juga: Singapura Berikan Bansos Tunai Rp 76 Juta untuk Warga yang Kena PHK

Ojek Argo yang resmi beroperasi pada 1 November 2015 silam. Uniknya, layanan ojek online ini tidak memiliki kantor, keseluruhan yang berhubungan dengan Ojek Argo melalui aplikasi secara online, seperti Website, Email, Facebook, dan Twitter.

Aplikasi ini pertama kali dikembangkan oleh Rizal Saputra dan David Solichin pada 2014 lalu. Rekrutmen mitra juga dilakukan sepenuhnya secara online tanpa harus datang ke kantor. 

Sayangnya, Ojek Argo dikabarkan tidak lagi banyak digunakan sejak terakhir kali pada 2019 silam.

2. Ladyjek

Ojek online Ladyjek seperti namanya merupakan layanan khusus dari perempuan yang didirikan oleh Brian Mulyadi. Perusahaan yang mulai beroperasi pada 2015 tersebut diperkirakan memiliki 3.300 mitra saat masa jayanya.

Baca Juga: Layak Dicoba, 6 Program Bantuan Finansial Untuk Perempuan Pendiri Startup di Indonesia

Kini, LadyJek diisukan telah bangkrut karena keterbatasan modal.