Orang Indonesia Ternyata Masih Banyak yang Tak Sadar Risiko, Wajar Banyak Korban Investasi Bodong

Jum'at, 16 Desember 2022 | 14:42 WIB
Orang Indonesia Ternyata Masih Banyak yang Tak Sadar Risiko, Wajar Banyak Korban Investasi Bodong
Ilustrasi investasi (pexels.com/carlos-pernalete-tua)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian masyarakat Indonesia ternyata masih belum sadar akan tingginya risiko yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari ekonomi hingga bidang kesehatan.

Salah satu hal yang sering jadi masalah adalah soal risiko akan investasi, tak ayal banyak sebagian masyarakat yang justru terjerembab dalam investasi bodong.

Untuk itu bertepatan dengan ulang tahun pertama, Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) menyelenggarakan perayaan “Hari Sadar Risiko Nasional 2022” pada Kamis (15/12/2022) di Jakarta.

Kegiatan ini menjadi momentum untuk mengajak para pemangku kepentingan di sektor kesehatan, ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya, dalam menyebarluaskan konsep sadar risiko bagi masyarakat.

Baca Juga: Bisnis Haram Perusakan Hutan Papua Terungkap, 57 Kontainer Kayu Ilegal Diamankan

Mewakili Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko PMK, Imam Pasli, mengatakan Indonesia saat ini masih dilanda bencana non-alam seperti masih tingginya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM).

Untuk itu, perlu adanya peningkatan budaya sadar risiko yang dimulai sejak dini, baik di lingkungan keluarga, instansi pemerintah, dan masyarakat.

Dengan adanya sadar risiko Imam optimistis akan mengubah pola pikir dan membangun perilaku budaya sadar risiko bagi kalangan masyarakat.

"Hal ini merupakan urusan bersama sehingga perlu mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan,” ucap Imam selaku Sekretaris Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kependudukan dan Keluarga Berencana, Kemenko PMK ditulis, Jumat (16/12/2022).

Ketua MASINDO, Dimas Syailendra Ranadireksa, menjelaskan ada sejumlah tantangan untuk membangun budaya sadar risiko di masyarakat. Penyebab utamanya antara lain kebiasaan mengesampingkan risiko, kurangnya pengetahuan, hingga misinformasi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Raup Pendapatan Rp 1,3 Triliun, VIVA Fokus Perkuat Bisnis Digital

“Oleh karena itu, bertepatan dengan satu tahun kehadiran MASINDO di Indonesia, kami akan memasyarakatkan konsep sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah,” ucap Dimas.

Sebagai contoh, masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan helm saat berkendara. Padahal, helm diciptakan untuk melindungi diri dari berbagai risiko.

Tak hanya itu, masih banyak juga orang yang memiliki kebiasaan merokok, meski mereka tahu bahwa merokok itu berbahaya. Sementara telah hadir produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, yang menerapkan konsep pengurangan risiko, bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk berhenti merokok.

Untuk itu, menurut Dimas, perlu adanya kolaborasi aktif bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menyebarluaskan informasi dan mengedukasi mengenai konsep sadar risiko.

“Kolaborasi adalah kunci dalam mengembangkan pemahaman tentang konsep sadar risiko. Aktivitas dalam penyebaran informasi mengenai budaya sadar risiko harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga menciptakan manfaat untuk jangka panjang,” jelasnya.

Sementara itu budaya sadar risiko juga perlu dapat diimplementasikan dalam pengelolaan keuangan. Founder sekaligus CEO QM Financial, Ligwina Hananto, mengingatkan pentingnya sadar risiko dalam hal finansial. Dengan begitu, masyarakat dapat mengelola keuangan dan terhindar dari penipuan.

“Kecenderungan berpikir jangka pendek membuat seseorang tidak memahami risiko finansial," kata Ligwina.

Menurutnya tren masalah finansial baru-baru ini adalah gagal bayar pinjaman online dan investasi bodong. 

"Untuk menghindarinya kata dia perlu berpikir jangka panjang sebelum melakukan pinjaman atau investasi dengan hasil yang cepat karena sasaran kedua hal ini adalah masyarakat yang kesulitan keuangan,” imbuhnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI