Suara.com - Tiga perusahaan teknologi terbesar di Kawasan Asia Tenggara, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan Grab Holdings Ltd harus rela kehilangan ratusan triliun kapitalisasi pasar mereka setelah saham-saham perusahaan tersebut ambles ke posisi terendah.
Mengutip Bloomberg, Selasa (13/12/2022), saham GOTO dan BUKA yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Grab Holdings Ltd. yang berbasis di Singapura, semuanya telah anjlok lebih dari 65 persen sejak mereka memulai debutnya.
Saham GOTO, Bukalapak, dan Grab tercatat berkinerja buruk atau di bawah indeks acuan pada masing-masing negara, bahkan melampaui penurunan sekitar 30 persen di Nasdaq 100 sejak awal 2022.
Saham-saham teknologi di Asia Tenggara bergabung dengan kemerosotan yang melanda perusahaan rintisan (startup) India yang baru-baru ini go public karena investor mempertanyakan valuasi tinggi dan kemampuan mereka untuk mencetak laba.
Baca Juga: GOTO Mantul, IHSG Terdongkrak Naik
Sebelumnya, Presiden Grup GoTo, Patrick Cao mengatakan, fluktuasi harga saham GOTO saat ini sama seperti saham perusahaan publik lainnya sebagai bagian dari mekanisme pasar.
”Dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk, namun tidak terbatas pada kondisi makro ekonomi, pasar modal, kompetisi, dan kinerja perusahaan,” kata Cao dalam paparan publik secara daring ditulis, Jumat (9/12/2022).
Untuk membuktikan perkataannya tersebut, Cao pun membuka dapur keuangan GOTO. Dia bilang dari sisi kinerja perusahaan, GOTO merealisasikan seluruh targetnya terutama dalam rangka percepatan mencapai profitabilitas.
Pada laporan keuangan kuartal ketiga 2022, misalnya, Gross Transaction Value (GTV) kuartalan Grup tumbuh 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai Rp161 triliun.
Pendapatan bruto kuartalan Grup tumbuh 30 persen secara tahunan mencapai Rp5,9 triliun. Per segmen bisnis, GTV On-Demand Services mencapai Rp15,7 triliun pada kuartal ketiga 2022, tumbuh 24 persen secara tahunan.
Baca Juga: Saham GOTO Makin Boncos, Telkom Rugi Dong?
GTV E-Commerce Perseroan tumbuh sebesar 15 persen secara tahunan pada kuartal ketiga menjadi Rp69,9 triliun. Lalu, GTV Financial Technology Services mencatatkan pertumbuhan yang baik pada kuartal ketiga sebesar 78 persen menjadi Rp97,1 triliun.
Meski begitu, Patrick mengakui positifnya kinerja fundamental tersebut belum terefleksikan dalam pergerakan harga saham. Hal tersebut merupakan situasi yang diluar dari kontrol manajemen GOTO.
Salah satunya imbas berakhirnya periode larangan pengalihan saham seri A yang membuat terjadinya kenaikan jumlah saham yang beredar di pasar.
"Mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain investor awal yang masuk di harga saham yang lebih rendah yang merealisasikan keuntungan,” terusnya.
Selain itu, lanjut Patrick, terjadi juga berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial. Ditambah lagi dengan siklus kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya.
"Banyak dari variabel ini merupakan hal-hal diluar kontrol dan pengetahuan Perusahaan,” pungkasnya.