Suara.com - Orkestrasi dalam menstabilkan pasokan dan harga pangan yang dilakukan Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) sudah dirasakan. Selain peternak sebagai produsen, kehadiran NFA juga besar manfaatnya bagi daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.
Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Kendal, Jawa Tengah, Suwardi, menjadi saksi kehadiran NFA sebagai 'dewa penolong'. Diakui Suwardi, harga telur fluktuatif. Di sisi lain, harga pakan terus membubung. Ini antara lain karena pasokan dan harga jagung untuk pakan tidak pasti.
Sejak ada NFA, peternak ayam petelur difasilitasi. Ketika harga telur ayam jatuh, NFA memfasilitasi pembelian telur agar peternak tidak merugi. Sebaliknya, ketika harga telur naik tinggi, misal di Jakarta yang sempat di atas Rp30 ribu/kg, peternak memasok telur dengan harga terjangkau.
"Saat ini, untuk (harga fluktuatif) di telur boleh dibilang sudah selesai," kata Suwardi dalam diskusi daring Alinea Forum bertajuk "Orkestrasi NFA Dalam Stabilisasi Pasokan dan Harga".
Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Sukorejo, Kendal, memiliki 1.337 anggota UMKM, jumlah ternak 4 juta lebih dengan produksi harian 212 ton telur. Koperasi membawahi 7 kabupaten dan memiliki peternak 17 juta.
Fasilitasi juga dirasakan Suwardi dan anggota untuk mendapatkan kepastian pasokan jagung buat bahan pakan ternak. NFA menghubungkan peternak ayam petelur dengan daerah produsen jagung, misalnya Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Ketika harga jagung tinggi, NFA memberikan subsidi angkutan. Peternak ayam petelur membeli jagung dengan harga terjangkau.
Konsep B to B
Sebaliknya, ketika harga jagung di NTB jatuh, peternak ayam petelur bisa jadi 'dewa penolong' bagi petani jagung. Suwardi mencontohkan pada November lalu harga jagung jatuh hingga Rp3.200/kg, jauh di bawah harga acuan pemerintah Rp4.200/kg. Oleh NFA, peternak diminta membeli jagung.
Rentang 26 November hingga 8 Desember 2022, kata Suwardi, pihaknya telah menyerap jagung dari Bima dan Dompu, NTB, sebanyak 547 ton. "Sekarang harga jagung di NTB sudah membaik, yakni Rp3.800. Memang belum sesuai harga acuan, tapi dampaknya sangat dirasakan petani," kata Suwardi.
Baca Juga: APBN Jateng 2023 Capai Rp 104 Triliun, Ganjar Minta Fokus Kemandirian Pangan dan Energi
Menurut Suwardi, fasilitasi NFA itu sudah berubah menjadi business to business. Petani jagung dan peternak ayam petelur sama-sama diuntungkan. Karena proses jual-beli bisa dilakukan secara langsung. Tidak ada lagi perantara yang mengutip margin keuntungan. Rantai pasok lebih pendek.