Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mengatakan pentingnya memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan komoditas pertanian di pasar global, termasuk minyak nabati.
"Kita perlu bergerak cepat dan tegas untuk bekerja sama dalam menghadapi isu-isu struktural pasar yang dapat memberikan dampak buruk", tutur Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (9/12/2022).
Menko Airlangga bilang Indonesia siap bekerja sama dengan pihak lain untuk memastikan bahwa semua berjalan dengan langkah yang sama dan adil dalam upaya global untuk mengatasi ancaman kelaparan dan kekurangan gizi saat ini.
Hal itu dibuktikan dari terselenggaranya Forum G20 Sustainable Vegetable Oils Conference (SVOC) di Bali beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kinerja APBN Terkendali Berkat Kinerja Positif Seluruh Komponen Penerimaan Kepabeanan dan Cukai
Airlangga menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia merupakan pemimpin dalam produksi minyak nabati, terutama minyak kelapa sawit di dunia. Ketahanan pangan puluhan negara dan miliaran orang bergantung pada ekspor Indonesia.
"Dengan acara ini, pemerintah Indonesia berniat untuk menunjukkan kemampuannya dalam memandu berbagai rantai pasokan dan negara produsen menuju stabilitas ekonomi, lingkungan dan sosial," kata Airlangga.
Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia dan Malaysia telah menjadi investor utama dalam proyek-proyek yang bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan memulihkan sumber daya hutan.
Dia bilang komitmen untuk menyelenggarakan konferensi ini selama G20 harus bertindak sebagai pendorong bagi industri global dan negara-negara produsen, terutama bagi puluhan juta petani kecil yang, melalui upaya mereka, berkontribusi untuk menjamin energi bagi dunia secara keseluruhan.
Melalui Konferensi Internasional G20 SVOC, dikatakan Airlangga, dapat menjadi forum dialog terbuka untuk membahas dan merumuskan strategi untuk menghadapi tantangan rantai pasokan minyak nabati global.
Baca Juga: Rekind Siapkan Pabrik Percontohan Limbah Kelapa Sawit Modern
“Kita tahu bahwa minyak sawit telah menjadi minyak nabati yang paling efisien dan dapat memberikan jawaban atas krisis saat ini,” kata Airlangga.
Dalam forum ini hadir Menteri Pertanian dari beberapa negara seperti Indonesia, Tiongkok, India, dan Ukraina. Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian Indonesia menjelaskan bahwa semenjak 1980an penggunaan minyak nabati telah meluas ke berbagai segmen industri dan konsumen.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas minyak nabati yang sangat berkembang pesat. Indonesia penghasil minyak nabati telah menghasilkan 46,8 juta ton CPO dari 16,38 juta hektare perkebunan sawit yang tersebar dari Aceh sampai Papua.
“Peranan industri kelapa sawit belum tergantikan yang dapat terlihat dari berbagai aspek seperti penyerapan tenaga kerja sebanyak 16 juta orang dari 4 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta pekerja tidak langsung. Lalu kelapa sawit digunakan dalam program biodiesel sebanyak 9,6 juta kiloliter dan menghasilkan 1.829 MW dari 876 pabrik sawit,” ujarnya.
Syahrul menjelaskan bahwa pengembangan kelapa sawit Indonesia memenuhi pembangunan berkelanjutan melalui ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Sertifikasi ISPO terus diperkuat dari tahun ke tahun di Indonesia. ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dan menjadi instrumen dalam mewujudkan perkebunan sawit yang berkelanjutan sejak tahun 2011 melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO).