Menteri Erick Thohir Blak-blakan Arah Bisnis PLN ke Depan

Senin, 05 Desember 2022 | 20:34 WIB
Menteri Erick Thohir Blak-blakan Arah Bisnis PLN ke Depan
Menteri BUMN Erick Thohir (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bicara blak-blakan soal arah bisnis PT PLN (Persero) ke depan.

Salah satunya, ia ingin menjadikan PLN sebagai holding BUMN yang membawahi anak usaha di bidang kelistrikan.

"Transformasi PLN melalui holding dan subholding merupakan bagian dari ketahanan energi," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (5/12/2022).

Setelah dibentuk holding, papar Erick, PT PLN akan fokus pada transmisi dan ritel.

Baca Juga: Bos PLN Sebut Butuh Modal Rp15.000 Triliun Buat Transisi Energi, Dari Mana Duitnya?

Selain itu, terdapat subholding di bidang kelistrikan, seperti subholding pembangkit yang tidak hanya menggunakan energi berbasis fosil, tetapi juga ada energi terbarukan Geothermal hingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

"Maka dari itu, transisi itu terjadi di PLN dan ada spinoff salah satu subholding yang kita namakan beyond kWh," ucap dia.

Dengan beyond kWh, jelas Erick, PLN bisa mengoptimalisasi aset untuk pengembangan infrastruktur menjadi digital. Sebab, potensi PLN untuk infrastruktur digital sangat besar dan memilik sumber daya pendukungnya.

"Ini (holding dan subholding) juga bagian bagaimana kita menyehatkan PLN dan terbukti hari ini dari total utang Rp500 triliun, sekarang sudah turun jadi Rp404 triliun, ada penurunan Rp96 triliun, baik merupakan utang dan cicilan yang dipercepat," terang dia.

Di sisi lain, Mantan Bos Klub Inter Milan menambahkan dalam pengembangan energi baru dan terbarukan, dirinya tidak ingin Indonesia sebagai pengikut negara lain.

Baca Juga: PLN Dukung MKI Sinergikan para Pemangku Kepentingan untuk Percepat Transisi Energi

"Transformasi EBT berdasarkan roadmap kita, bukan road map yang didorong-dorong negara lain. Kalau kita ikuti 100 persen keinginan mereka bisa mengakibatkan listrik kita jadi lebih mahal. Kalau listrik kita mahal apakah pemerintah, industri, atau rakyat yang menanggung," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI