GoTo, menurutnya, terus berkomitmen dan fokus menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham.
“Kami memenuhi komitmen tersebut dengan mendorong pertumbuhan bisnis berbasis produk secara berkelanjutan, mempercepat langkah kami mencapai profitabilitas, serta terus menyediakan produk dan layanan yang andal bagi konsumen dan memberi nilai bagi ekosistem kami,” tuturnya.
Tercermin dari kinerja GoTo yang terus mencatatkan pertumbuhan sebagaimana tercermin sampai dengan kuartal ketiga tahun 2022.
“Antara lain total nilai transaksi (GTV) yang tumbuh 33% dari tahun sebelumnya dan pendapatan bruto kuartal ketiga yang naik 30% dari tahun sebelumnya, mencapai Rp5,9 triliun, mencapai batas atas pedoman kinerja perusahaan,” jelasnya.
Analis MNC Sekuritas, Tirta Gilang Citradi, menilai bahwa skema SBC ini umum dilakukan banyak startup sebagai salah satu bentuk insentif yang diberikan kepada karyawan yang berkontribusi.
“Model kompensasi berbasis saham itu adalah hal lumrah karena tujuannya memotivasi agar karyawan dan manajemen kunci supaya termotivasi untuk berkontribusi lebih sehingga berdampak positif bagi kinerja perusahaan," ujarnya.
Skema ESOP memungkinkan karyawan bisa membeli harga saham perusahaannya di bawah harga pasar dan menjualnya di bursa efek sehingga margin atau keuntungan penjualannya yang dihitung sebagai kompensasi para penerima program ini.
“Walaupun ada antrean pembelian harga saham di Rp 2, bukan berarti karyawan ini akan menjual saham GOTO di harga Rp 2. Saya rasa banyak yang akan menunggu hingga harga saham GOTO naik ke harga wajarnya sebelum mereka menjualnya,” Tirta meyakinkan.
Baca Juga: Saham GOTO ARB Berjilid-jilid, IHSG Kena Getahnya