Tiga Jari Patah Karena Kecelakaan Kerja, BPJS Ketenagakerjaan Jadi Penolong

M Nurhadi Suara.Com
Sabtu, 03 Desember 2022 | 13:10 WIB
Tiga Jari Patah Karena Kecelakaan Kerja, BPJS Ketenagakerjaan Jadi Penolong
Karyawan Suprama tengah bekerja (Surya Pratista Hutama)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - “Selamat malam mas,”

Suara seorang pria dengan nada berat khas menyapa sesaat setelah kami tiba di salah satu minimarket tidak jauh dari pabrik pengolahan makanan di kota ini.

Agus Hana, ia adalah satu dari sedemikian banyak pekerja yang merasakan manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan. Sebagai buruh yang bekerja di salah satu pabrik pembuat mie di Kabupaten Demak, Jawa tengah, Hana mengakui dirinya setiap hari harus berurusan dengan mesin yang memiliki risiko cukup besar.

“Biayanya sangat memberatkan saya seandainya waktu itu tidak dicover BPJS,” ujar Hana memulai cerita dirinya mengalami kecelakaan kerja tiga tahun silam.

Baca Juga: Simak! Ini 21 Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin BPJS, Salah Satunya Alat dan Obat Kontrasepsi

Peristiwa nahas itu bermula pada awal tahun 2019 silam. Kala itu, ia baru enam bulan bekerja sebagai staf Quality Control di PT Surya Pratista Hutama, sebuah perusahaan manufacturing pengolahan mie di Jawa Tengah. Kabar baik menyapa Hana usai dirinya dinyatakan lolos kualifikasi karyawan dan segera diangkat menjadi pegawai tetap dalam waktu dekat.

Pekerja penerima manfaat BPJS Ketenagakerjaan, Hana bekerja usai mengalami kecelakaan kerja [Ist]
Pekerja penerima manfaat BPJS Ketenagakerjaan, Hana bekerja usai mengalami kecelakaan kerja [Ist]

Namun, malang tak bisa ditolak, Hana mengalami kecelakaan kerja jelang pengangkatan dirinya jadi karyawan tetap.

“Saat itu saya kurang ingat detailnya, setahu saya, langsung dibawa pakai mobil ke rumah sakit,” ujar dia.

Seperti biasa, Hana yang masuk kerja sore menjelang Maghrib mempersiapkan segala perlengkapan kerja sesuai dengan SOP. Petang itu, ia memulai pekerjaannya dengan penuh semangat usai menerima konfirmasi perusahaan bahwa dirinya tinggal selangkah lagi menjadi pegawai tetap.

Sesekali ia teringat tawa putri kecilnya yang saat itu menginjak usia 1 tahun. Lelah kerjanya senantiasa lenyap setiap kali melihat istri bersama anaknya menyambut ia pulang kerja.

Baca Juga: Punya Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan Bisa Dipulihkan dengan Program Rehab, Begini Caranya

Bahan mie telah siap. Setelah memastikan semua takaran tepat, Hana lantas bermaksud untuk memeriksa kembali bahan makanan yang berada di gudang menggunakan lift manual yang menyerupai kerangkeng besi tersebut.

“Dua tangan saya terjepit lift, dua tangan. Tiga jari tangan kiri saya patah, telunjuk, tengah dan jari manis,” ujar Hana mengingat masa-masa suram yang menimpa dirinya itu.

Akibatnya, ia harus menjalani operasi berulang hingga kontrol kesehatan secara berkala secara tahunan untuk memastikan jari jemarinya kembali pulih.

“Waktu itu, jari saya dipasang pen selama beberapa bulan,” Hana menimpali sembari memperlihatkan bekas operasi di tangan kirinya.

Hana mengakui operasi adalah hal yang sangat mengerikan di benaknya saat itu. Bukan karena meja operasi atau dokternya, melainkan biaya puluhan juta yang harus ia keluarkan. Padahal, ia bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia juga memiliki tanggungan istri dan anak yang masih kecil.

“Tabungan gak seberapa. Biaya operasinya lebih dari Rp20 juta. Belum termasuk biaya yang lain, rawat inap, kontrol, pen sampai obat-obatan. Pusing rasanya,” keluh Hana.

Gratis Berkat BPJS Ketenagakerjaan

Beruntung, Hana yang saat mengalami kecelakaan kerja masih berstatus sebagai pegawai kontrak ternyata terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

“Waktu itu saya sama sekali tidak mengeluarkan uang saat perawatan di rumah sakit mulai dari operasi, rawat inap, obat sampai kontrol itu sepenuhnya di-cover sama BPJS,” kata Hana.

“Alhamdulillah, saya sama sekali tidak mengeluarkan uang sepeserpun,” sambungnya.

Hana mengaku sangat bersyukur dirinya terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan sehingga dirinya tidak perlu meminjam uang ke bank atau bahkan rentenir untuk biaya operasi dan kontrol.

“Seandainya tidak di-cover BPJS, biaya operasinya saja lebih dari Rp20 juta jadi saya sangat bersyukur. Apalagi saya masih karyawan baru, masih punya anak kecil juga,” kata Hana sembari sesekali mengusap sedikit air mata yang mengalir tanpa sadar.

Peserta penerima manfaat BPJS Ketenagakerjaan mengakses JMO [Suara.com/M Nurhadi]
Peserta penerima manfaat BPJS Ketenagakerjaan mengakses JMO [Suara.com/M Nurhadi]

Peristiwa yang ia alami jadi pengingat bagi dirinya dan banyak orang, terutama mereka kaum pekerja yang bekerja dengan risiko kecelakaan tinggi. Bahwa BPJS Ketenagakerjaan adalah salah satu faktor yang wajib dimiliki karena siapapun memiliki risiko saat bekerja.

“Gak cuma kita sebagai buruh. Tapi juga harus inget ada keluarga yang nunggu di rumah. BPJS [Ketenagakerjaan] itu bantu banget, mas,” ucap dia.

Ia berharap, semua perusahaan di semua sektor di Indonesia mendaftarkan pekerja mereka guna memastikan keselamatan mereka.

Malam perlahan merangkak, bulan semakin meninggi. Kami berbincang cukup lama hingga akhirnya Hana pamit karena harus kembali menunaikan tugasnya sebagai tulang punggung keluarga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI