Perbankan Siapkan Suku Bunga Khusus Eksportir? Begini Kata Menko Airlangga

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 02 Desember 2022 | 13:41 WIB
Perbankan Siapkan Suku Bunga Khusus Eksportir? Begini Kata Menko Airlangga
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Dok: PLN)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta perbankan berikan suku bunga spesial kepada para eksportir yang menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri.

Hal itu disampaikan Menko Airlangga lantaran masih banyak eksportir yang hanya sebentar menempatkan DHE di Indonesia dan kemudian dipindahkan ke perbankan di luar negeri.

"Ini persoalannya klasik, selalu eksportir mengatakan di luar negeri mereka mendapat bunga 3 persen, sedangkan di Indonesia tingkat bunga untuk penempatan dolar AS itu relatif masih over the counter," ujar Airlangga dalam acara "Kompas100 CEO Forum 2022" pada Jumat (2/12/2022).

Hal itu menurutnya sangat disayangkan karena neraca dagang Indonesia sudah mengalami surplus 30 bulan berturut-turut, di mana rata-rata setiap bulan surplus mencapai 5 miliar dolar AS.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 10 Persen Sepanjang Pekan Lalu

Keuntungan itu seharusnya bisa menjadi dukungan ketahanan eksternal Indonesia, namun nyatanya cadangan devisa Indonesia justru menurun saat ini.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 tetap tinggi sebesar 130,2 miliar dolar AS, meski sedikit turun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022 yang sebesar 130,8 miliar dolar AS.

Airlangga menilai turunnya cadangan devisa menjadi pekerjaan rumah untuk memperdalam sektor ekonomi yang menghasilkan dolar AS, terutama yang melakukan ekspor.

"Kemarin Gubernur BI juga sudah mengatakan bahwa akan memberikan Giro Wajib Minimum (GWM) khusus untuk menarik devisa ke dalam negeri," ujar dia.

Tidak hanya cadangan devisa, Airlangga menambahkan, penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia turut menjadi kekhawatiran saat ini.

Baca Juga: Suku Bunga BI Tinggi, BTN Tawarkan Tarif Spesial KPR 2,47%

Meski masih dalam level ekspansi, yakni 50,3 pada November 2022, tetapi level tersebut kian menurun dari Oktober 2022 yang sebesar 51,8 dan September 2022 sebesar 53,7.

Penurunan PMI Manufaktur itu juga dirasakan oleh berbagai negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok yang sudah berada di bawah level 50.

Mantan Menteri Perindustrian ini mengatakan turunnya PMI Manufaktur tersebut pada akhirnya akan berkaitan pula dengan kondisi ketenagakerjaan Indonesia.

Sehingga, saat ini pemerintah terus menyiapkan berbagai langkah antisipatif agar kondisi ketenagakerjaan domestik bisa terus bertahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI