Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan jangan ada yang menghambat jalannya investasi.
Meski dia mengaku, adanya pelemahan ekonomi hingga level inflasi yang masih tinggi di negara-negara maju akan berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga di Indonesia, sehingga akan memperlambat investasi dan konsumsi domestik.
"Investasi kita nggak boleh ada hambatan. Saya ulangi, investasi kita nggak boleh ada hambatan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (1/12/2022).
Dengan demikian, salah satu opsi untuk mendorong pertumbuhan adalah menarik FDI sebanyak-banyaknya melalui program hilirisasi.
Baca Juga: Ganjar Tawarkan Investasi Mudah, Murah, Cepat dan Bebas Pungli untuk Tarik Investor
Menko Luhut menambahkan, agar realisasi investasi harus difokuskan pada percepatan pemberian izin agar pipeline investasi yang ada bisa terwujud. Total pipeline investasi yang harus dieksekusi mencapai USD 30,9 miliar hingga 2023.
Hal ini tentunya perlu dimanfaatkan dengan mempercepat pemberian perizinan dan fasilitas agar realisasi tersebut dapat lebih cepat.
Selanjutnya, saat ini Indonesia sedang melakukan transformasi ekonomi dan tidak lagi mengandalkan komoditas mentah. Misalnya pada kebijakan hilirisasi nikel yang menjadi besi baja dan bahan baku baterai.
Hal ini juga berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekspor. Nilai ekspor besi baja sebesar USD 23,16 miliar dan bahan baku baterai sebesar USD 1,72 miliar.
"Kita beruntung, tujuh tahun lalu kita sudah mulai lakukan hilirisasi. Kalau waktu itu kita tidak ada hilirisasi angka ini tidak ada. Jadi kalau angka ini tidak ada, maka ekonomi kita hari ini terjebak. Kenapa? Karena harga komoditas menurun, efisiensi belum ada, kemudian kebijakan lain dana desa tidak jalan," imbuh dia.
Baca Juga: Ingatkan Anak Buah Soal Ancaman Resesi, Jokowi: Jangan Keliru, Jangan Salah, Resikonya Gede
"Jadi itu semua kombinasi yang membuat kita sekarang seperti ini. Dan Indonesia sepanjang sejarah belum pernah ada di posisi seperti ini, bukan hanya karena harga komoditas, tetapi juga karena industri kita berkembang," pungkas Luhut.