Ancaman Resesi Tahun 2023, Bisnis Properti Bakal Cuan atau Boncos?

Selasa, 29 November 2022 | 07:02 WIB
Ancaman Resesi Tahun 2023, Bisnis Properti Bakal Cuan atau Boncos?
Pekerja dengan menggunakan alat berat menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Ampera, Jakarta. [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ancaman resesi membuat semua bisnis kian terancam buntung, tidak terkecuali sektor properti. Akan tetapi, pelaku industri properti di Tanah Air tetap optimis menatap tahun 2023.

Melalui berbagai terobosan dan inisiatif baru para pengembang meyakini bahwa bisnis mereka akan tumbuh positif di tahun depan.

Marketing Director PT Agung Podomoro Land Tbk Agung Wirajaya menyebut, fundamental perekonomian dan diprediksi akan terus tumbuh positif di 2023 jadi penopang industri properti.

"Sebagai pengembang kami dituntut untuk melakukan berbagai terobosan agar proyek-proyek properti kami sesuai dengan kebutuhan masa kini dari konsumen. Strategi itu yang telah dilakukan oleh Agung Podomoro dalam tiga tahun terakhir dan berhasil," ujarnya di Jakarta yang dikutip pada Senin (28/11/2022).

Baca Juga: Industri Properti Kian Bergairah, Masyarakat Mulai Buru Rumah Tapak

Menurut Agung, saat ini perusahaan tetap meluncurkan hunian-hunian buat konsumen. Salah satunya, Podomoro Tenjo dan terjual hingga 4.500 unit

"Saat orang mundur, kami selalu terus melaju. Disaat orang menahan penjualan dan ekspansi, kami jalan terus. Sebab kebutuhan hunian masih sangat besar sekali gap-nya. Sekarang sudah mencapai 12,7 juta, dan pasti setiap tahun akan bertambah terus jumahnya," jelas dia

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III-2022 perekonomian Indonesia tumbuh 5,72% secara tahunan. Angka itu lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal II-2022 yang sebesar 5,44% secara tahunan. 

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menambahkan, tren pertumbuhan ekonomi yang positif ini tentunya akan terus dijaga oleh pemerintah.

Bahkan, di tengah situasi ekonomi masih wait and see, beberapa instrumen investasi justru akan mengalami kenaikan, misalnya emas dan properti. 

Baca Juga: Indonesia Selamat dari Resesi, Ma'ruf Amin:Ulamanya Banyak Berdoa dan Wirid

Selain itu, menurut David, banyak bank yang belum menaikkan suku bunga KPR kendati suku bunga acuan Bank Indonesia telah beberapa kali naik. 

Dengan demikian, David menilai investasi properti akan tetap menarik mengingat tren harga kenaikan harga properti masih akan terus terjadi. Properti juga menjadi sebagai salah satu instrumen investasi yang aman.

Menurutnya, peran sektor properti dibuktikan lewat kontribusi terhadap PDB. Pada kuartal II 2022 kontribusi sektor kontruksi terhadap PDB mencapai 9,14%, dan 2,47% untuk real estate. 

Ditambah lagi, pertumbuhan juga ditunjukkan oleh sektor properti pada kuartal II-2022 dengan capaian yang melampaui level sebelum pandemi sebesar 2,16% (yoy) untuk real estate, dan 1,02% (yoy) untuk konstruksi. 

"Indeks Demand Properti Komersial pada kuartal II-2022 juga naik sebesar 1,58% (yoy). Hal ini memberikan keyakinan bahwa sektor properti masih akan tetap tumbuh, apalagi perbankan akan tetap menjaga tingkat suku bunga KPR di level yang terjangkau konsumen," pungkas David.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI