Suara.com - Manchester United masih jadi salah satu klub sepak bola dengan potensi pasar yang besar. Hal ini ditunjukkan oleh minat Apple yang ingin mengakusisi klub berjulukan The Red Devils itu dari keluarga Glazer.
Apple dikabarkan serius membeli saham Manchester United usai CEO Apple Tim Cook diisukan telah menjajaki kemungkinan membeli klub bersejarah tersebut.
Keluarga Glazer juga sudah bersiap untuk melepas kepemilikan mereka dengan syarat penawaran 5 miliar poundsterling atau sekitar Rp93,3 triliun.
Bahkan, Daily Mail mengklaim, Apple juga siap merenovasi Stadion Old Trafford agar teknologinya tidak tertinggal jauh dengan klub rival.
Baca Juga: Kerajaan Bicara Kemungkinan Investor Arab Saudi Beli Manchester United dan Liverpool
Apple diisukan siap membangun kembali Ol Trafford dengan dana mencapai 1 miliar poundsterling.
Sejumlah nama sebelumnya muncul sebagai calon pembeli Manchester United, diantaranya pengusaha Spanyol Armancio Ortega yang juga merupakan orang terkaya ke-19 di dunia atau Sir Ratcliff yang merupakan fans MU sejak kecil.
Sayangnya, hingga kini belum ada tawaran resmi yang dilayangkan ke Keluarga Glazer.
Pembelian Apple Hanya Isu
Apple kabarnya telah menyangkal isu pembelian Manchester United. Mengutip dari MacRumors, perusahaan raksasa pembuat iPhone itu sama sekali tidak berencana membeli MU.
Media yang sama menyebut, mereka tidak ingin berinvestasi di klub sepak bola Manchester United dan menyebut isu yang disampaikan Daily Star adalah tidak benar.
Apple saat ini justru tengah berupaya melawan keresahan tenaga kerja di pabrik Zhengzhou di China setelah pembayaran yang terlambat dan frustrasi atas pembatasan Covid-19 yang parah di negara tersebut.
Kerusuhan itu terjadi pada saat China mencatat rekor jumlah infeksi Covid-19 dan bergulat dengan semakin banyak penguncian yang memicu frustrasi di antara warga di seluruh negeri.
Tapi itu juga mengungkap masalah komunikasi dan ketidakpercayaan terhadap manajemen Foxconn di antara beberapa staf.
Pembuat iPhone Foxconn meluncurkan upaya perekrutan awal bulan ini yang menjanjikan bonus dan gaji yang lebih tinggi setelah harus memberlakukan langkah-langkah untuk mengekang penyebaran Covid-19 pada Oktober.
Pembatasan memaksa perusahaan untuk mengisolasi banyak karyawan dan kondisi pabrik mendorong beberapa orang untuk melarikan diri.