Suara.com - Pemerintah berkomitmen penuh mencapai Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060, atau bahkan lebih cepat. Komitmen tersebut bahkan masuk dalam prioritas Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Bali pekan lalu.
Indonesia juga telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, sejalan dengan Paris Agreement yang disepakati secara global. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan untuk mencapai NZE pada tahun 2060, pemerintah telah membuat roadmap transisi energi yang dibagi menjadi setiap lima tahun.
"Kita merencanakan per lima tahun, mencanangkan target berapa juta ton emisi yang harus kita kurangi, dan hal apa saja yang harus dilakukan dalam kurun waktu lima tahun," kata Arifin belum lama ini.
Untuk mencapai hal tersebut bukanlah hal yang mudah karena proses transisi energi memerlukan pendanaan yang sangat besar, tak kurang dari USD 131 triliun secara global. Selain itu akses teknologi yang masih terbatas juga menjadi kendala dalam transisi energi. Karena itu transisi energi perlu dukungan dan kolaborasi dari banyak pihak, salah satunya adalah kolaborasi dengan komunitas bisnis.
“Kolaborasi yang bisa dilakukan oleh entitas bisnis bisa berupa ikut mengembangkan teknologi yang berbasis rendah karbon atau yang lebih hijau,” ujar Arifin.
Untuk diketahui, dalam roadmap transisi energi target pengurangan emisi hingga tahun 2025 yaitu sebesar 231,2 juta ton CO2, sedangkan di tahun 2030 pemerintah menargetkan pengurangan emisi CO2 mencapai 327,9 juta ton.
Sejalan dengan itu, salah satu perusahaan smelter nikel Harita Nickel, PT Megah Surya Pertiwi (PT MSP) menyatakan kesiapannya dalam mendukung transisi energi serta target NZE yang ditetapkan pemerintah. Head of HSE & Sustainability Harita Nickel Tonny Gultom menjelaskan bahwa program penghematan energi sudah dilakukan sejak tahun 2017.
Salah satunya adalah penghematan penggunaan kertas, air dan listrik, serta menggantikan jenis oli yang digunakan untuk unit bergerak dari jangka pendek ke jangka waktu pemakaian yang lebih lama.
“Kami melakukan kampanye hemat energi ke masing-masing departemen dengan hal-hal yang sederhana, seperti menggunakan kertas dua sisi, mematikan AC, komputer dan lampu ketika sudah tidak digunakan. Kami juga kampanye penggunaan air seperlunya bahkan memanfaatkan kembali air buangan dari pabrik dan pembangkit listrik untuk proses granulisasi slag dan penyiraman jalan,” kata Tonny.
Baca Juga: SKK Migas, KKKS dan KLHK Tanam Puluhan Ribu Mangrove untuk Tekan Emisi Karbon
Langkah hijau ini terus berlanjut. Pada tahun 2020, PT MSP membuat program pengurangan sampah plastik dan kertas yang berasal dari kemasan makanan, dengan cara membagikan 2.300 kotak makan plastik yang bisa digunakan berkali-kali ke seluruh karyawan. Langkah ini berhasil menekan volume sampah kemasan sekali pakai berupa plastik dan kertas secara signifikan.