Punya Modal Ekonomi Kuat, Sri Mulyani Yakin Indonesia Akan Tahan Resesi

Kamis, 24 November 2022 | 19:10 WIB
Punya Modal Ekonomi Kuat, Sri Mulyani Yakin Indonesia Akan Tahan Resesi
Sri Mulyani dalam konferensi pers virtualnya, Kamis (3/11/2022). (Tangkap layar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kinerja pemulihan ekonomi Indonesia masih tetap berjalan cukup kuat hingga bulan Oktober 2022. Pertumbuhan ekonomi masih cukup tinggi di Indonesia, yaitu 5% berturut-turut selama empat kuartal. Bahkan kuartal ke-III tahun 2022 menunjukkan angka pertumbuhan yang mencapai 5,72% (year on year/yoy).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, optimisme pemulihan ekonomi yang terus berlanjut ini salah satunya ditopang oleh kinerja ekspor.

“Kinerja perekonomian Indonesia memang ditopang salah satunya oleh faktor eksternal yaitu neraca perdagangan di mana ekspor kita terus menerus mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi,” ungkap Menkeu dalam Konferensi Pers APBN Kita yang dilaksanakan secara daring, Kamis (24/11/2022).

Ekspor pada bulan Oktober 2022 tercatat USD24,8 miliar, meningkat 12,30% (yoy), 30,97% (year to date/ytd), dan 0,13% (month to month/mtm). Pada saat yang sama impor tercatat USD19,1 miliar tumbuh 17,44% (yoy) dan 27,72% (ytd), namun menurun 3,4% (mtm).

Baca Juga: Ma'ruf Amin: Indonesia Selamat dari Resesi Karena Ulamanya Banyak Berdoa dan Wirid

Dengan demikian sampai Oktober 2022, Indonesia membukukan neraca perdagangan surplus USD5,7 miliar. Tren surplus terus berlanjut hingga memasuki bulan ke-30.

“Impor minus ekspor positif itu berarti terhadap growth kita menjadi kontribusinya positif. Surplus dari neraca perdagangan ini telah mencapai kumulatif 45,5 miliar US dollar, Januari hingga Oktober. Ini lebih tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 30,9 miliar US dollar,” jelas Menkeu.

Menkeu mengatakan, kondisi ini menimbulkan tambahan atau daya tahan terhadap perekonomian Indonesia yang tengah berhadapan dengan kondisi global dimana interest rate di negara maju meningkat dan dapat menimbulkan tekanan terhadap capital flow.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI