Suara.com - Timnas Jerman terancam kehilangan salah satu sponsor mereka usai dianggap bereaksi berlebih terhadap larangan ban lengan one love di Piala Dunia 2022 Qatar.
Jaringan bisnis retail REWE kabarnya memutuskan untuk membatalkan kerja sama mereka dengan federasi sepak bola Jerman, DFB pasca kritik tajam terhadap Jerman yang dituduh terlalu politis. Selain itu, kekalahan dengan Jepang juga semakin memperburuk situasi tersebut.
Belakangan, reputasi Jerman menurun drastis dengan empat presiden sebelumnya mengundurkan diri di tengah tuduhan korupsi dan beberapa skandal yang menjerat mereka.
Untuk diketahui, DFB saat ini merespon larangan penggunaan ban one love yang merujuk pada pembelaan kaum homoseksual atau LGBT dengan tuntutan hukum terhadap FIFA.
Baca Juga: Belgia Menang 1-0, Roberto Martinez Akui Kanada Bermain Lebih Baik
DFB mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sekarang sedang mengupayakan tuntutan hukum menyusul keputusan FIFA.
"DFB berada dalam oposisi mendasar di dalam FIFA," ujar Juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit.
Menurut dia, larangan memakai ban kapten One Love sangat berlawanan dengan HAM karena dianggap berpihak pada LGBTQ yang sangat dilarang di Qatar.
"Hak orang LGBTQ tidak dapat dinegosiasikan," kata Hebestreit, dikutip dari Daily Mail UK, pada Kamis(24/11/2022).
Jerman kini juga mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum terhadap FIFA agar tidak melarang penggunaan ban pelangi.
Baca Juga: Jepang Taklukkan Jerman di Piala Dunia 2022, Meme Blue Lock Bertebaran di Media Sosial
Sementara, Qatar menegaskan pahwa homoseksualitas, lesbian, queer dan semacamnya adalah ilegal di negara mereka.
Direktur media DFB Steffen Simon dalam penuturannya kepada radio German Deutschlandfunk berharap, Inggris segera bertindak hal serupa usai pelarangan penggunaan ban tersebut saat melawan Iran dalam lanjutan Piala Dunia.
"Direktur turnamen [mendatangi] tim Inggris dan berbicara tentang pelanggaran peraturan dan mengancam sanksi olahraga besar-besaran tanpa merinci apa yang akan terjadi," kata dia.
Sayangnya, Simon sama sekali tidak menjelaskan aturan dari FIFA dan penyelenggara Piala Dunia. Ia mengklaim, enam negara lainnya kemudian memutuskan untuk 'menunjukkan solidaritas' dan tidak memakainya.
"Kami kehilangan ban kapten dan itu sangat menyakitkan, tapi kami adalah orang yang sama seperti sebelumnya dengan nilai yang sama. Kami bukan penipu yang mengaku punya nilai dan kemudian mengkhianatinya," kata dia.
"Kami berada dalam situasi yang ekstrim, dalam pemerasan yang ekstrim dan kami pikir kami harus mengambil keputusan itu tanpa ingin melakukannya," sambungnya.
Sementara, Denmark menegaskan, mereka berencana menarik diri dari FIFA dan mengajak anggota UEFA lainnya. Kepala eksekutif FA Denmark Jakob Jensen mengatakan, pihaknya akan membawa masalah ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga.