Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, salah satu poin deklarasi G20 Bali adalah menekankan pentingnya ketahanan energi sambil mengerahkan seluruh upaya menuju transisi energi yang berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan Luhut saat memberikan keynote speech di pembukaan 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” (IOG 2022) yang digelar SKK Migas di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).
Namun demikian, ketahanan energi yang digadang-gadang pemerintah kerap dihadapkan dengan gap yang sangat besar antara produksi minyak dengan konsumsi nasional.
Menyadari adanya gap yang besar, Luhut menyebut bahwasanya pemerintah melalui SKK Migas akan berusaha semaksimal mungkin mencapai target lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari (BPH) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada Tahun 2030.
"Apabila target tersebut tercapai, maka dapat mengurangi perdagangan, menyeimbangkan defisit dan memperkuat struktur anggaran potensial kita dalam mengejar pertumbuhan ekonomi di atas 5%, ketersediaan gas bumi akan menjadi katalis bagi proses transisi energi ke depan. Inisiatif Pemerintah telah mengidentifikasi serangkaian insentif fiskal untuk mencapai target tersebut," kata Luhut.
Guna mencapai target produksi 1 juta barel per hari, Luhut menyebut, langkah-langkah strategis telah diambil dan kebijakan sedang diselesaikan untuk memfasilitasi distribusi insentif keuangan kepada kontraktor dan lapangan yang ada untuk meningkatkan produksi.
Di kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun memiliki harapan yang sama terkait penyelenggaran IOG 2022.
"Saya berharap forum ini akan menciptakan dan menghasilkan banyak ide-ide baru dan juga diskusi yang produktif mengenai isu minyak di industri hulu migas," kata Sri Mulyani.
"Tema pertemuan kita hari ini adalah mendorong investasi dan mengadaptasi transisi energi melalui kolaborasi yang lebih kuat.
Tema ini tepat mengingat energi dan khususnya minyak menjadi salah satu isu yang sangat penting saat ini dalam perbincangan di tingkat global, apalagi dengan krisis energi dan apa yang terjadi dengan perkembangan geopolitik," Sri Mulyani menambahkan.
Baca Juga: Rumitnya Isu di Kemenkeu Mulai dari Pajak Hingga Utang, Sri Mulyani: Komunikasinya Harus Bagus
Menurut Sri Mulyani, banyak sekali tantangan yang perlu dibenahi pada produksi minyak industri hulu di Indonesia. Sebagian besar produksi minyak Indonesia sebenarnya berasal dari lapangan yang relatif sudah tua.