Jualan Melalui Konten Video Makin Diminati Pembeli, Pakar: Pembeli Makin Malas Datang ke Toko

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 23 November 2022 | 09:03 WIB
Jualan Melalui Konten Video Makin Diminati Pembeli, Pakar: Pembeli Makin Malas Datang ke Toko
Ilustrasi (pexels.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tren shoppertainment atau teknik berjualan daring yang dibalut dengan hiburan, diklaim masih efektif gaet pembeli di Indonesia saat ancaman resesi ekonomi 2023.

"Justru di tengah resesi orang-orang butuh hiburan, mereka akan memutuskan untuk menjauhi toko-toko. Ini yang membuat shoppertaintment masih tetap akan jadi tren," kata Penasihat Indonesia E-Commerce Association (idEA) Ignatius Untung.

Tren berjualan secara daring dengan sistem shoppertaintment saat ini di Indonesia semakin marak terutama semenjak pandemi COVID-19.

Hal itu juga tercermin dalam laporan berjudul "Shopperainment: APAC's Trillion-Dollar Opportunity" dari Boston Consulting Group (BCG) serta TikTok.

Baca Juga: 8 Artis Punya Bisnis Perhiasan, Koleksinya Wow dengan Harga yang Tinggi

Tren ini juga turut membantu pertumbuhan bisnis sebuah jenama hingga 63 persen di Indonesia dan dua negara Asia lainnya yakni Jepang serta Korea Selatan.

Laporan tersebut mengatakan, tren shoppertainment menjadi relevan saat ini karena bisa menyentuh hubungan fungsional dan emosional.

Sehingga, pelanggan dan jenama bisa memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan dengan skema penjualan dan pembelian di masa sebelum pandemi.

Penyebabnya tidak lain karena shoppertainment tidak menjual produk-produk secara langsung dan justru memberikan hiburan ataupun edukasi baru bagi pelanggan.

Dampaknya, pelanggan secara alami tertarik pada produk terkait berkat konten hiburan maupun edukasi itu.

Baca Juga: IdeaFest 2022 Hadirkan Program Nexspace, Berikan Kesempatan Akselerasi Bisnis bagi Startup

Dulu, shoppertainment dilakukan di media sosial, namun dengan berkembangnya teknologi kini platform e-commerce pun sudah mulai mengadopsinya.

Strategi bisnis ini diperkirakan masih akan bertahan di tengah potensi resesi terutama karena secara sadar orang-orang menghindari pengeluaran yang tidak diperlukan.

Salah satu cara adalah dengan masyarakat secara sengaja menghindari lokasi-lokasi seperti toko-toko fisik untuk menekan biaya konsumsi.

"Nah kondisi ini menjadi sebuah opportunity bagi pelaku UMKM karena bisa berjualan di tempat yang tidak dihindari seperti media sosial," ungkap Untung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI