Suara.com - Teknologi internet yang maju menjadi tantangan bagaimana budaya dan produk asli Indonesia tetap terjaga dari serbuan budaya asing. Padahal, kekayaan budaya Indonesia amat luar biasa ragamnya.
Media sosial justru bisa menjadi alat ampuh mempromosikan kekayaan budaya tersebut ke kancah global.
Pimpinan Kampoeng Dolanan Nusantara Abbet Nugroho mengatakan berdasarkan studi We Are Social di 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150
juta.
"Namun masyarakat Indonesia justru terpengaruh oleh budaya asing dan melupakan tradisi kuno atau asli Indonesia," kata Abbet dalam webinar bertajuk 'Pengembangan Budaya dan Seni Indonesia di Media Digital' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, ditulis Minggu (20/11/2022).
Baca Juga: Tahukah Anda? Ini 4 Alasan Mengapa Twitter Sangat Disukai Banyak Orang
Kendati demikian, lanjut Abbet, bukan berarti masyarakat Indonesia tidak bisa berbuat untuk menyelamatkan budaya asli Nusantara.
Media sosial kata dia justru bisa menjadi alat untuk enggerakkan karakter dan budaya asli di masyarakat, seperti gotong-royong. Ia mencontohkan, selama pandemi Covid-19, warga saling membantu warga lain yang terinfeksi virus Covid-19 dengan mengirimkan bantuan makanan selama isolasi mandiri.
“Begitu pula saat terjadi letusan gunung berapi. Bantuan pangan dan pakaian di galang lewat media sosial untuk diberikan kepada masyarakat yang terdampak letusan gunung berapi tersebut,” ujar Abbet.
Cara lain agar budaya asli tidak hilang tergusur budaya asing, menurut Abbet, adalah dengan membuat konten budaya unik di Nusantara yang amat beragam. Misalnya, konten berisi tari-tarian tradisional berikut tutorial cara menari dengan baik dan benar. Begitu pula konten trkait aksesoris yang digunakan penari tradisional tersebut.
Baca Juga: Makin Tertekan? Ini 4 Tanda Kamu Harus Istirahat dari Media Sosial