Suara.com - Perusahaan Twitter dikabarkan tengah dalam gejolak usai dua karyawan asal Singapura mengungkapkan 'cara kasar' Elon Musk dalam melakukan PHK karyawan.
Dua orang itu menyebut Elon Musk tidak memiliki empati saat memecat lebih dari 50 persen dari total karyawan Twitter. Ia juga menuduh Elon Musk sebagai orang yang serampangan.
"Ini bukan cara tepat untuk melakukan transisi. Saya tahu ada manajemen baru dengan kepemimpinan baru yang menginginkan perubahan. Tapi mereka benar-benar tidak memikirkan nasib ribuan karyawan mereka," kata salah seorang eks karyawan Twitter, Kamis (17/11/2022).
Dilansir dari CNA, ia juga menyebut PHK terhadap karyawan Twitter sangat berbeda dengan perusahaan lain karena skala besar serta tanpa pertimbangan pasti.
Baca Juga: Perempuan Nekat Masukkan Tangan ke Dalam Mobil RI 1, Pramono Anung: Saking Ngefans dengan Presiden
Ia sendiri mengaku menerima informasi adanya PHK usai salahs eorang rekan memberitahukan adanya PHK massal. Pada hari yang sama, ia bekerja seperti biasa karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
Mendadak, akses karyawan tidak bisa digunakan dan dirinya menerima email bahwa ia tidak lagi perlu berangkat ke kantor.
Ternyata hal yang sama terjadi pada ribuan karyawan Twitter secara global. Mereka juga kehilangan akses email dan Slack perusahaan.
Meski ia bersama rekan-rekannya sudah mengantisipasi hal ini. Namun ia mengaku tidak menyangka Twitter melakukan PHK dengan cara tidak profesional seperti itu.
Menjelang siang pada hari yang sama, seperti yang diduga, dirinya menerima informasi resmi PHK dan diberhentikan. Lagi-lagi melalui email.
Baca Juga: Jadi Trending Topic di Twitter, Siapa Sophie Corcoran yang Bikin Warganet Indonesia Ngamuk?
"Saya sedih memikirkan banyak rekan tim saya yang juga di-PHK. Saya berpikir, Wow, semua pekerjaan kami selama ini sia-sia," ujar dia.
"Saya merasa sangat sedih. Saat mengetahui bahwa banyak rekan satu tim saya juga di-PHK, pikiran pertama saya adalah: 'Wow, semua yang kami kerjakan sia-sia'," kata dia.
Ia menduga, ada ratusan bahkan ribuan karyawan tidak menyadari mereka telah di-PHK. Pasalnya, beberapa dari mereka tetap berangkat kerja meski sudah dipecat.
Sosok yang kini menyadari adanya perubahan besar pada Twitter itu mengaku tidak ingin menyalahkan Elon Musk sebagai pemilik baru karena menurutnya CEO Tesla itu juga memiliki rekam jejak bisnis yang sukses.
Namun, langkah Musk yang memberhentikan CEO Twitter Parag Agrawal, CFO Ned Segal, dan penasihat hukum utama Vijaya Gadde tanpa kejelasan adalah titik awal keraguan dari internal Twitter.
"Menurut saya, tidak normal untuk memecat CEO secepat itu. Tapi itulah yang terjadi. Sejak saat itu, banyak jajran tinggi perusahaan yang dipecat atau mengundurkan diri, dan menyebabkan sejumlah jabatan kosong," ujar dia.
Ia sendiri mengaku tidak tertarik untuk bekerja sebagai pegawai Twitter di bawah Elon Musk meski dirinya diminta untuk kembali.