Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan salah satu aksi nyata G20 untuk transisi energi yang berkelanjutan adalah dengan mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara dan mengembangkan energi terbarukan yang adil dan berkelanjutan.
Namun, kata dia, prosesnya tidak mudah untuk dicapai.
“Sustainable atau menuju zero atau low emission carbon untuk energi, maka salah satu yang kemudian disebutkan juga adalah facing out dari fossil fuel atau coal. Tadi yang dikatakan oleh Ibu Menlu, ini sebutnya termasuk salah satu yang tidak mudah dicapai,” ungkap Menkeu dalam Konferensi Pers Konferensi Tingkat Tinggi G20 ditulis, Kamis (17/11/2022).
Hal ini mengingat beberapa negara anggota di G20 merupakan negara yang sangat kaya dan menjadi produsen sumber energi fosil, seperti Arab Saudi. Menkeu menyatakan, mereka meminta supaya transisi dilakukan secara hati-hati dilakukan.
Baca Juga: Sri Mulyani Ditagih Utang Beras oleh Bulog, Segini Nominalnya
Sejalan dengan hal ini, paragraf 12 G20 Bali Leaders Declaration mengenai komitmen pemerintah untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDG) 7 dan menghilangkan kesenjangan akses terhadap energi.
“Sektor energi adalah sektor yang menghasilkan CO2 dan yang paling mahal atau costly dari sisi untuk mencapai keseimbangan antara mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) yaitu menghilangkan atau mengurangi ancaman perubahan iklim. Namun di sisi lain tadi disebutkan SDG 7 adalah untuk menutup gap antara mereka yang belum mendapatkan akses energi maupun mereka yang kemudian miskin karena tidak mendapatkan akses energi,” pungkas Menkeu.