Suara.com - Apa bedanya pergi berlibur saat low season dan high season? Yang pasti, berbeda di budget yang harus kamu keluarkan, baik untuk harga tiket maupun harga hotel.
Penasaran seberapa besar perbedaannya? Pegipegi mengolah data median harga hotel di 19 wilayah populer Indonesia untuk mengetahui perbedaan harga saat low dan high season.
Mengutip keterangan tertulisnya, secara umum harga hotel di Indonesia saat high season mengalami kenaikan menjadi 15 persen lebih mahal dibandingkan low season. Hotel di Yogyakarta mengalami perubahan harga paling tinggi, yakni sekitar 36 persen.
Hotel bintang 2 mengalami perubahan harga yang cukup tinggi saat high season, yakni sebesar 26 persen. Sedangkan hotel bintang 3 mengalami perubahan yang terendah, yaitu sebesar 13 persen.
Metode
Pegipegi mengolah data nilai median harga hotel partner yang tersebar di 19 wilayah populer di Indonesia, mulai dari akomodasi non-bintang (seperti guest house, homestay, villa), hotel bintang 1 hingga bintang 5.
Data nilai median yang diambil terdiri dari data harga hotel saat low season (periode Februari-April dan September-Oktober) dan high season (seperti periode liburan sekolah, liburan Lebaran, liburan Natal dan Tahun Baru). Hasil pengumpulan data diolah dan dibandingkan dalam beberapa kategori, seperti geografis, jenis akomodasi, dan rentang harga.
Perbandingan Kenaikan Harga Saat High Season
Dari hasil pengolahan nilai median harga hotel tersebut, disimpulkan bahwa secara umum harga hotel di Indonesia saat high season mengalami kenaikan menjadi 15 persen lebih mahal dibandingkan low season.
Baca Juga: Ngaku Bangkrut, Jessica Iskandar Liburan Elit ke Nihi Sumba, Habis Berapa, Nih?
Sementara itu, dari jenis akomodasi, hotel bintang 2 mengalami perubahan harga yang cukup tinggi saat high season dengan peningkatan harga sebesar 26 persen. Sedangkan hotel bintang 3 merupakan yang terendah, yakni sebesar 13 persen.