Suara.com - Program Pertapreneur Aggregator yang sedang dilaksanakan PT Pertamina (Persero) dinilai berjalan dengan baik dan mendatangkan banyak keuntungan bagi mitra binaan UMKM yang mengikuti program tersebut.
Dimulai dari kesempatan untuk mengembangkan bisnis yang sedang dijalankan kemudian adanya peluang untuk memperluas pasar (domestic to international).
“Untuk mampu bersaing di era digital, mitra binaan UMKM sangat penting memanfaatkan platform media sosial. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para pelaku UMKM dalam hal melakukan campaign dan aktvitas promosi lainnya ke calon konsumen yang sesuai dengan target market produk tersebut. UMKM dapat pula memaksimalkan penggunaan platform marketplace sehingga dapat lebih mudah untuk menjangkau konsumen dan juga menjaga availability produk,” tutur Yohanes Dani, Head Branch Promotion Djarum, di Jakarta.
Menurut Yohanes, UMKM Indonesia sangat berpotensi menembus atau berkiprah di pasar global. Potensi tersebut terlihat dari beberapa peserta yang mengikuti program Pertapreneur Aggregator yang sudah bisa mulai merambah ke pasar internasional. Dia menyarankan jika UMKM ingin menembus pasar internasional harus memiliki unique selling point, quality management system dan legal document atau sertifikasi.
Baca Juga: Subholding Pertamina Bakal Pasok Gas Bumi dan LNG ke Turki
Sebanyak 10 mitra binaan Pertamina akan berlaga pada babak Final Fitching Day menuju juara dan best innovation awarded di ajang Pertapreneur Aggregator pada 4 Desember 2022. Mereka adalah Sathya Narayana (Denara Duta Mandiri), Nurhayati Aisyah (Asia Garment Internasional), Putu Wilas (CV Natural Bali Kulkul), Intan Anastasia Amsyah (Hitara Black Garlic), Bambang Tri Mulyono (Mbah Hardjo), Ismail Marzuki (Bali Honey Republic), Agung Setiawan (CV Woodeco Indonesia), Meeta A Fauzan (CV Aamira), Ni Made Roni (Made Tea) dan Wayan Putri Antara (CV Bali Ayu Shop).
Yohannes terlibat dalam babak Semi Final Fitching Day. Beberapa UMKM peserta Pertapreneur Aggregator, kata dia, sudah sangat baik secara networking, baik ke investor maupun sesama mitra.
“Harapan kami UMKM binaan yang lolos bisa memanfaatkan skill tersebut untuk memperluas lini bisnisnya dan juga membantu sesama UMKM untuk mendapatkan peluang mengembangkan bisnisnya dan maju bersama,” katanya.
Sementara itu, Eka J Budiman, Executive Facilitator MarkPlus Institute, menilai program Petrapreneur Aggregator sangat menarik. Dia sangat mendukung Pertamina dalam menjalankan program-program semacam ini karena hasilnya pasti akan membantu UMKM.
“UMKM memang mampu untuk bangkit dan secara bersamaan membantu wilayahnya. UMKM lainnya yang belum mampu juga memberdayakan tenaga kerja di wilayah masing-masing yang juga akan menggerakan ekonomi wilayahnya,” kata dia.
Baca Juga: VIDA Dukung UMKM Tangguh Lewat Verifikasi Identitas Digital
Satya Narayana, dari Denara Duta Mandiri, mengatakan senang dan bersyukur lolos ke babak final. Denara Duta Mandiri memiliki bisnis bidang kosmetik yakni body care dan spa product. Dia menjelaskan menjadi binaan Pertamina sejak 2020 dan sudah dibina melalui program Go Digital, Go Global serta diajak untuk pameran INACRAFT 2022.
“Kami ikut masuk seleksi Pertamina Pertapreneur Agregator, dan dibimbing oleh pelatih dari MarkPlus, lalu juga berkesemptan diajak Pameran Trade Expo Indonesia 2022,” ungkapnya.
Satya berencana fokus untuk mengembangkan digital marketing dan inovasi produk.
“Saya akan investasi besar-besaran di digital marketing baik menambah tim, menambah anggaran untuk promosi dan juga Investasi di pembelian bahan dan kemasan untuk produk, selain itu juga investasi untuk menambah tim R&D,” katanya.
Agung Setiawan, pemilik Woodeco Indonesia, mengatakan usahanya mengolah limbah serbuk kayu menjadi wood pellets yang telah menembus pasar ekspor. Menurut dia, bisnis yang dikembangkannya sangat inovatif karena setiap tahun mengeluarkan desain dan produk baru.
“Kami selalu menjadi inovator dalam produk yang kami hasilkan di pasar khususnya untuk ekspor,“ tegasnya.
Apabila terpilih menjadi aggregator, Agung menjelaskan yang utama adalah mengenalkan produk Woodeco yang ramah lingkungan. Selain itu, dia akan menangkap peluang kolaborasi dengan UMKM lain untuk ikut serta dalam produksi dan pascaproduksi baik sebagai entrepreneur, suplier bahan baku maupun mencetak entrepeneur.
“Minimal sebagai reseller kami,“ ujarnya.
Agung menilai kelemahan UMKM indonesia adalah lemahnya literasi digital khususnya marketing online. Dia berharap SMEPP dapat menjebatani UMKM untuk melek digital marketing dengan menggunakan lokal pasar internasional khususnya Alibaba.com.
“Kami siap menjadi mentor untuk program ini karena pengalaman kami sudah memasuki tahun kedua dengan menjadi Gold Supplier di Alibaba.com. Bahkan, tahun kemarin kami mendapat penghargaan sebagi Best Indonesia Suplier dari Alibaba Indonesia (ATT Group),“ ungkapnya.
Ni Made Roni, pemilik Made Tea, awalnya sempat ragu bisa masuk 10 besar Pertapreneur Aggregator. Tetapi setelah mendapatkan coaching dari tim MarkPlus dan Pertamina, dia menjadi tambah optimistik untuk masuk ke babak final. Made memiliki usaha botanical infusion dengan merek Tissane Tea.
Dia mengikuti UKM Academy baik secara offline dan online agar bisnisnya naik kelas. Selain itu, Pertamina kerap mengajak ikut pameran dan membeli produk Made Tea untuk gift atau hampers.
“Saya berharap bisa terpilih menjadi agregator. Benefit yang didapatkan akan saya gunakan 50% untuk pengembangan SDM (marketing) guna meningkatkan sales revenue dan 50% untuk mesin guna menunjang produksi. Kami memerlukan mesin filling untuk mempercepat proses produksi kami,” ungkapnya.