Hasil Studi di AS Ungkap Cara Keluar dari Kemiskinan!

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 10 November 2022 | 13:10 WIB
Hasil Studi di AS Ungkap Cara Keluar dari Kemiskinan!
Ilustrasi kemiskinan (Pixabay/Amaia pascual)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berasal dari keluarga miskin bukan berarti seseorang tak bisa jadi sukses dan kaya raya di masa mendatang. Namun, memang ada kalanya kemiskinan bagaikan lingkaran setan. Orang tua miskin yang kesulitan memberi pendidikan yang baik untuk anak-anaknya, kemungkinan akan membuat anak-anak mereka tetap hidup dalam kemiskinan.

Namun, baru-baru ini ada sebuah studi yang mengungkap cara agar anak-anak dari keluarga miskin bisa keluar dari kemiskinan. Dikatakan bahwa jika seorang anak yang cenderung miskin tinggal di area yang membuat mereka bisa berteman dengan anak kaya, maka anak miskin tersebut berpeluang memperoleh pendapatan 20 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata.

Studi tersebut bertajuk Social capital I: measurement and associations with economic mobility. Ekonom Raj Chetty dari Harvard University bersama timnya menggunakan sekitar 72 juta pengguna Facebook berusia 25-44 tahun di Amerika Serikat untuk penelitian ini.

Hasil studi yang dipublikasikan melalui jurnal Nature pada 1 Agustus 2022 lalu ini kemudian menjelaskan, bahwa pertemanan antarkelas adalah salah satu prediktor terkuat mobilitas ekonomi, yang sudah diidentifikasi sampai saat ini.

Baca Juga: Prioritaskan Pembangunan Sosial Ekonomi, LPDB Dukung Pembiayaan KSPPS BMT Al Hidayah Ummat Sejahtera di NTB

Para peneliti mengatakan bahwa membangun relasi antarkelas ekonomi ini adalah kunci untuk mengurangi bias pertemanan sekaligus meningkatkan ekonomi orang-orang miskin, bahkan jika pertemanan itu berakhir di masa kanak-kanak.

Dilansir dari ScienceNews, di Amerika ada sebuah organisasi nirlaba bernama Inner City Weightlifting yang memiliki misi menghubungkan orang dari latar belakang sosial berbeda. Mereka melatih orang-orang kurang mampu sebagai pelatih gym pribadi dan mengkoneksikan mereka dengan klien yang lebih kaya.

Jon Feinman, CEO organisasi nirlaba tersebut, mengatakan bahwa umumnya para pelatih dan klien pada akhirnya menjadi teman. Salah satunya adalah Bobby Fullard, seorang pelatih berusia 30 tahun.

Beberapa tahun lalu, Fullard diajak seorang klien di gym-nya untuk berolahraga lari pada hari Sabtu. Meski sedikit enggan karena merasa tak nyaman, Fullard memenuhi ajakan tersebut. Dari situ, hubungan pertemanan di antara individu beda kelas ekonomi itu pun dimulai. Belakangan, saat Fullard membuka bisnis pertukangannya sendiri, kedua partner larinya itulah yang jadi klien pertamanya.

Hal inilah yang disebut oleh para peneliti sebagai paparan dan bias pertemanan. Apa yang dimaksud dengan paparan adalah jumlah rata-rata orang kaya yang berelasi dengan orang miskin dalam kehidupan sehari-hari mereka, misalnya di sekolah, tempat kerja, atau organisasi keagamaan. Sementara, bias pertemanan adalah tingkat pertemanan orang miskin dengan orang kaya di suatu lingkungan sosial.

Baca Juga: 20 Provinsi Alami Penurunan Angka Kemiskinan Ekstrem Selama 2021-2022

Meski begitu, sosiolog dari University of Pennsylvania, Xi Song, mengatakan bahwa studi tersebut menggunakan big data untuk menjelaskan sebuah penelitian lama tentang bagaimana hubungan sosial anak miskin dengan orang yang lebih kaya bisa mengangkatnya dari kemiskinan.

"Untuk orang-orang yang Anda kenal baik, dengan siapa anda memiliki relasi yang kuat, maka Anda akan memiliki sumber daya atau status sosial yang sangat mirip," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI