Startup Diterpa Isu Gelombang PHK, Bagaimana Nasib Ekonomi Digital RI?

Rabu, 09 November 2022 | 17:18 WIB
Startup Diterpa Isu Gelombang PHK, Bagaimana Nasib Ekonomi Digital RI?
Ilustrasi ekonomi digital. (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Eksekutif Lippo Group sekaligus praktisi modal ventura John Riady menegaskan, ekonomi digital akan terus bertumbuh meskipun valuasinya terjadi penurunan dan diterpa gelombang  pemutusan hubungan kerja (PHK).

Fenomena ini terjadi bukan karena pecahnya gelembung  yang nantinya akan merontokkan pertumbuhan ekonomi digital, melainkan adanya reposisi bagi investasi ke depan.

“Fenomena siklikal yang terjadi akibat munculnya  arus balik dari pertumbuhan cepat valuasi perusahaan teknologi digital,” kata John Riady dalam keterangan persnya di kutip Rabu (9/11/2022).

Berdasarkan Vantage Pada  Kuartal III - 2022, aliran investasi ke sektor teknologi digital kembali seret, pendanaan modal ventura ke startup di Asia Tenggara (Asean) hanya sekitar USD3,72 miliar atau  turun 36,4% secara year on year (yoy).
Bahkan, sejak Januari hingga September 2022, total investasi startup di  Asean hanya mencapai US$12,68 miliar, turun 16,4 persen yoy.

Baca Juga: Badai PHK Hantam Industri Tekstil RI, Apa Upaya Pemerintah?

Sebaliknya jumlah transaksi pendanaan baik secara kuartalan maupun periode tahun berjalan justru mengalami kenaikan.

“Valuasi yang cenderung tinggi  itu telah memicu terjadinya inflasi nilai, yang  pada akhirnya terjadi penurunan valuasi secara cepat perusahaan-perusahaan teknologi digital,” ujar John.

Di sisi lain, ia mengungkapkan kondisi saat ini jauh berbeda dengan fenomena buble yang terjadi pada akhir 90’an, di mana aliran investasi jumbo masuk ke dalam sektor digital.

“Saat itu, bubble dotcom terjadi, valuasi turun, dan secara riil belum terdapat infrastruktur yang mendukung pengembangan lebih jauh. Saat ini, digitalisasi terjadi di semua lini, dan mengubah banyak pola kehidupan,” ungkapnya.

Disebutkan, saat situasi perekonomian global diprediksi bakal mengalami kontraksi akibat perang serta imbas pandemi, hal itu merembet kepada likuiditas serta investasi startup.

Baca Juga: Pengusaha Curhat Soal Sulitnya Pertahankan Usaha di Masa Ancaman Resesi

“Investor lebih hati-hati, tidak lagi sekadar euforia digital, melainkan cermat menggandeng mitra perusahaan teknologi digital,” tambahnya.

John mengatakan, sejak semula Capital Venturra sebagai lengan investasi digital Lippo Group menerapkan berbagai strategi investasi yang kini diadopsi secara umum.

Menurut John, sewaktu banjir investasi digital, Lippo Group tidak tergiur mengikuti arus, melainkan taat pada dua prinsip utama.
Pertama, lanjutnya, investasi yang dilakukan Lippo Group mengarah kepada startup yang digawangi para inovator yang visioner.

“Artinya, mereka mengembangkan perusahaan rintisan tidak sekadar melirik valuasi dan investasi, melainkan berniat menciptakan perubahan yang besar dan berkesinambungan,” ungkapnya.

Hal kedua, tegas John, dari karakter para pendiri usaha rintisan akan tampak visi untuk memberikan solusi bagi kehidupan sosial.

“Semangat ini akan membuat usaha rintisan selalu relevan, selalu menghadirkan solusi dan inovasi,” katanya.

Lebih jauh, John mengatakan fenomena bubble yang saat ini terjadi merupakan ujian bagi para pelaku startup sekaligus investor.

“Bagi investor, di tengah ketidakpastian seperti saat ini, cenderung main aman apalagi sewaktu The Fed menaikkan suku bunga. Sedangkan bagi para pelaku startup, harus pintar mencari mitra investor yang bisa berkolaborasi secara strategis,” paparnya.

Di sisi lain, berbagai lembaga riset menilai pertumbuhan ekonomi digital untuk kawasan Asean masih cukup kuat. Mengacu riset Google dan Bain & Company, nilai transaksi ekonomi digital Asean mencapai US$200 miliar pada 2022, tumbuh lebih cepat dari perkiraan.

Terkait prospek ke depan, John menilai ekonomi digital masih tetap cerah, terutama buat Indonesia.

“Indonesia mengambil porsi lebih dari separuh Asean, kita punya populasi produktif yang sangat besar diiringi penetrasi internet cukup masif. Katalis lainnya, saat ini pembangunan infrastruktur sangat berhasil yang akan menumbuhkan berbagai pusat pertumbuhan baru secara nasional,” katanya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI