Suara.com - Guna mempersiapkan generasi masa depan yang handal, pelatihan wirausaha dan pengembangan pola pikir harus diterapkan pada anak sedini mungkin.
Melihat hal tersebut, perusahaan EduTech Kidspreneurship Pte Ltd berkomitmen untuk mempromosikan kewirausahaan dan pola pikir berkembang untuk semua anak.
Selama ini, para pelajar menghabiskan tahun-tahun kritis mempelajari hal-hal yang tidak akan pernah mereka gunakan di masa depan. Hal ini menyadi salah satu penyebab pengangguran terus meningkat.
“Sistem pendidikan saat ini masih belum menjawab tantangan ini. Kidspreneurship bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada setiap anak,” kata Thinker-in-Chief, Kidspreneurship Pte Ltd, Swati Gauba Kochar.
Baca Juga: Cari Pelatihan Kerja atau Wirausaha? Di Tangerang Cakap Kerja Aja!
Berkaca dari hal ini, Kidspreneurship menawarkan pendidikan kewirausahaan untuk anak-anak dalam kelompok usia 8-14 tahun. Kurikulum di Kidspreneurship menjadikan kewirausahaan sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan mudah bagi semua siswa. Ini ditujukan untuk lebih dari sekadar mereka yang berjiwa wirausaha.
Perusahaan yang berbasis di Singapura ini memiliki berbagai penawaran yang dapat diklasifikasikan di bawah, pertama, Kamp dan lokakarya berdurasi pendek dan kedua, Program Reguler dengan tiga jenjang yang dapat ditempuh selama 3 tahun.
Tidak seperti sekolah konvensiol yang fokus pada IQ, Kidspreneurship menilai anak-anak pada CQ (Creative Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Adversity Quotient) dan SQ (Social Quotient).
Kidspreneurship berfokus pada pendidikan kewirausahaan untuk anak usia 8-14 tahun. Ini adalah usia di mana anak-anak mengembangkan pola pikir dan keterampilan mereka. Dengan tiga level yang terdiri dari 36+ aliran, 144 sesi, dan 400+ lembar kerja, Kidspreneurship telah mengembangkan kurikulum kursus paling luas yang melayani anak-anak dalam kelompok usia 8-14 tahun.
“Kami fokus pada 4Q, yang sering diabaikan. Kami percaya pendidikan ini untuk semua. Sundar Pichai, CEO Global Google, baru-baru ini menyapa karyawannya sebagai 'Jadilah Lebih Wirausaha'. Itu indikasi besar dari apa yang diharapkan pengusaha dari karyawan. Jadi kurikulum ini bukan hanya tentang membantu anak-anak menjadi wirausaha tetapi tentang setiap anak mengembangkan pemikiran wirausaha. Itu perbedaan besar yang tercermin dalam pedagogi dan kurikulum kami,” katanya.
Baca Juga: 3 Hal yang Harus Disadari saat Suami Memutuskan Ingin Resign dan Wirausaha