Suara.com - Harga emas bertahan diposisi level tertingginya pada tiga pekan. Bersinarnya harga emas ini tak terlepas dari melemahnya mata uang dolar AS. Sementara investor menantikan data inflasi Amerika pekan ini yang dapat mempengaruhi ukuran kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Mengutip CNBC, Selasa (7/11/2022) harga emas di pasar spot sedikit berubah di posisi USD1.676,24 per ounce setelah melambung lebih dari 3 persen ke level tertinggi sejak 13 Oktober di USD1.681,69.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup menguat 0,2 persen menjadi USD1.680,5 per ounce.
"Beberapa pelemahan dalam dolar, imbal hasil sedikit turun dan itulah yang membantu emas dan seluruh kompleks logam mulia," kata Bob Haberkorn, analis RJO Futures.
Baca Juga: Emas Antam Mumpung Lagi Turun Nih Rp 950.000/Gram, Beli Sebelum Naik Lagi
Dolar memperpanjang kerugian ke level terendah lebih dari satu minggu, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Data yang dirilis Jumat menunjukkan pengusaha Amerika mempekerjakan lebih banyak pekerja dari ekspektasi pada Oktober, tetapi kenaikan tingkat pengangguran menjadi 3,7 persen mendorong harapan bahwa The Fed akan kurang agresif pada kenaikan suku bunga ke depan.
Meski emas dipandang sebagai lindung nilai inflasi, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Laporan indeks harga konsumen (IHK) Amerika akan dirilis Kamis. Trader sekarang memperkirakan peluang 67 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Desember The Fed.
Sementara itu harga perak di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD20,81 per ounce, platinum melonjak 1,8 persen menjadi USD977,96, dan paladium melejit 1,6 persen menjadi USD1.891,39.
Baca Juga: Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Tergerus Jadi 130,8 Miliar Dolar AS