5 Alasan Orang Indonesia Mudah Tertipu Investasi Bodong

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 07 November 2022 | 13:21 WIB
5 Alasan Orang Indonesia Mudah Tertipu Investasi Bodong
Ilustrasi Investasi Bodong (OJK)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Investasi terkadang menjadi kata yang menggiurkan bagi orang Indonesia. Bagaimana tidak, kegiatan ini sering diasumsikan dengan melipatgandakan uang.

Tidak heran, banyak orang tertipu dengan investasi bodong. Apalagi jika investasi tersebut menawarkan modal kecil namun dengan keuntungan yang berlipat. Kejadian ini sering dialami masyarakat Indonesia. Ada banyak alasan orang Indonesia mudah tertipu investasi bodong. Berikut lima di antaranya. 

1. Kurangnya Literasi Finansial

Sudah menjadi rahasia umum jika masyarakat Indonesia termasuk dalam kelompok dengan literasi terendah di seluruh dunia, termasuk dalam literasi finansial.

Akibatnya, orang lebih gampang tertipu investasi bodong. Misalnya, keputusan berinvestasi hanya didasarkan pada cerita teman atau keluarga, yang lebih parah hanya dengan melihat cara marketing yang menggiurkan. Tak banyak masyarakat yang mencari tahu dengan detail sebelum keputusan investasi tersebut diambil. 

2. Gampang Tergiur Keuntungan Besar

Masyarakat Indonesia sangat gampang tergiur keuntungan besar dengan sedikit usaha. Akibatnya, jika ada tawaran investasi dengan iming-iming gampang mendapatkan timbal balik, orang Indonesia pasti mudah tergiur. Apalagi bagi kelas menengah dengan himpitan ekonomi, di mana mereka membutuhkan dana dengan cepat. 

3. Tidak Memerika Pihak Terkait

Bagaimana orang Indonesia memperoleh informasi mengenai investasi? Kebanyakan dari mereka membaca komentar-komentar di media sosial tanpa kroscek ke sumber terpercaya.

Baca Juga: Bertemu Syekh Ahmed bin Saeed Al Maktoum, Wapres Ajak Dubai Holding Berinvestasi di IKN

Akibatnya, calon investor hanya memperoleh potongan informasi dari skema investasi yang ingin mereka lakukan. Dengan demikian, pertimbangan atas risiko dari investasi tersebut tidak terlalu matang. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI