Bitcoin Jadi Penyelamat Warga Lebanon di Tengah Krisis

Senin, 07 November 2022 | 11:23 WIB
Bitcoin Jadi Penyelamat Warga Lebanon di Tengah Krisis
Ilustrasi para pekerja sedang mengukir bitcoin.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak selamanya Bitcoin dipandang sebelah mata oleh masyarakat dalam melakukan transaksi. Di beberapa negara, Bitcoin justru dipuja-puja sebagai penyelamat.

Salah satu negaranya yaitu Lebanon yang masyarakatnya lebih memilih Bitcoin ketimbang Pound Lebanon dalam melakukan transaksi imbas dari krisis keuangan setelah perang berkepanjangan.

Penduduk Lebanon, Gabriel mengaku, lebih senang menggunakan Bitcoin, setelah para perbankan menutup layanannya hingga dilarang menarik uang dari ATM.

"Saya akan kehilangan sekitar setengah dari nilainya. Itulah mengapa saya melihat bitcoin, itu adalah cara yang baik untuk mendapatkan uang dari luar negeri," ujarnya seperti dikutip CNBC, Senin (7/11/2022).

Baca Juga: Ini Penjelasan Mengenai Investasi Bitcoin yang Perlu Diketahui

Dengan Bitcoin, Gabriel bisa mendapatkan penghasilan dan bisa membeli kebutuhan sehari-hari. Dia justru mendapatkan bitcoin senilai USD5 dengan membuat video pendek.

"Ketika saya dibayar dari pekerjaan arsitektur saya, saya menarik semua uang saya," kata dia.

CNBC pun berbicara dengan banyak penduduk setempat, banyak di antaranya menganggap cryptocurrency sebagai penyelamat untuk bertahan hidup. Beberapa menambang token digital sebagai satu-satunya sumber pendapatan mereka saat mereka mencari pekerjaan.

"Bitcoin benar-benar memberi kami harapan. Saya lahir di desa saya, saya telah tinggal di sini sepanjang hidup saya, dan bitcoin telah membantu saya untuk tinggal di sini," ucap dia.

Sikap Gabriel bukan tanpa alasan, pasalnya Mata uang Lebanon telah kehilangan lebih dari 95% nilainya sejak Agustus 2019, upah minimum juga anjlok dari USD450 menjadi USS17 per bulan.

Baca Juga: Benarkah Bitcoin Jadi Investasi yang Lebih Aman dari Saham? Ini Penjelasannya

Sedangkan, tingkat inflasi tiga digit Lebanon diperkirakan akan menjadi yang kedua setelah Sudan, dan saldo rekening bank hanyalah angka di atas kertas.

"Tidak semua orang percaya bahwa bank-bank itu bangkrut, tetapi kenyataannya memang demikian," kata Ray Hindi, CEO perusahaan manajemen yang berbasis di Zurich yang didedikasikan untuk aset digital.

"Situasinya tidak berubah sejak 2019. Bank membatasi penarikan, dan simpanan itu menjadi IOU. Anda bisa saja mengeluarkan uang Anda dengan potongan 15%, kemudian 35%, dan hari ini, kami berada di 85%," lanjut Hindi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI